Halaman

26/06/14

Tulis Jejakmu

Isabell Alika Putri | 16.05 |
Sebuah perjalanan hidup yang tertulis dan tercatat rapi dalam sebuah buku harian, suatu saat nanti akan mengajarkan kita secara pribadi dan contoh bagi anak cucu kita kedepan. Berawal dari ini semua sisi-sisi kehidupan kita terangkai dalam kalimat yang tentunya membuat kita terharu atau bahagia ketika dibaca kembali.

Lain halnya dengan buku hairan yang memuat pengalaman pribadi, ada dan akan selalu ada sebuah catatan-catatan peristiwa menyangkut khalayak luas yang mana juga akan dicari, dicerna serta dibagikan kembali kepada orang banyak, baik yang ada sangkut pautnya dengan peristiwa tersebut maupun tidak. Orang-orang yang menjalani sendiri peristiwa tersebut mungkin mengetahui dan paham alasan mengapa hal itu terjadi. Akan tetapi ada saja orang yang tidak berhubungan langsung dengan suatu kejadian berubah menjai pribadi yang paling tahu soal tersebut. Adalah sebuah media sebagai sumber informasi yang memunculkan pribadi-pribadi seperti yang saya sebutkan di atas.

Sumber informasi terbesar yang saat ini bisa didapatkan adalah melalui media yang mana setiap waktunya selalu mengisi  hari-hari kita. Tentu sangat membantu serta memintarkan bagi yang menontonya namun tidak jarang diantara sekian banyak media ada juga yang justru menebar fitnah, propoganda, rasis, sara, mengadu domba dan pastinya kontroversi. Masyarak tentu sudah hafal yang dimuat oleh media, terutama media tertulis. Mereka tidak lain dan tidak bukan akan menemukan hal-hal yang bermuatan ekonomi, sosial, budaya serta politik.

Ini secara tidak langsung juga akan memunculkan orang-orang kritis yang tentunya tidak tinggal diam terhadap segala berita dan mencoba merespon melalui menulis serta mempublikasikan tulisannya di media sosial dan menjadi konsumsi publik. Isi daripada tulisan orang-orang  yang kritis tersebut tentu kurang lebih memuat sub bab sama dengan tulisan yang sudah ada, perbedaannya hanyalah siapa yang memberi dan siapa yang pro serta siapa yang kontra.

Saya rasa tulisan-tulisan sosial, budaya dan politik sudah banyak dipublikasikan di berbagai media masa. Adapun jika kita ingin juga menulis hal yang sama justru akan menjadi bacaan yang membosankan bagi sebagian orang. “Ah..politik lagi politik lagi..” atau komentar “tulisan begini aja dapet best rate.”  Sangatlah wajar jika orang menilai demikian karena mungkin berulang kali mereka mengkomsumsi bacaan yang sama. Maka kalau ingin tulisannya berarti coba buat tulisan yang memotivasi karena saat ini banyak sekali orang yang  depresi mengetahui kondisi tanah airnya. Alternatif lain yang bisa kita coba selain memotivasi adalah membuat tulisan lucu yang pastinya membuat orang tidak jemu dalam membacanya.

Ada sebuah Kutipan dari William Forester yang tertuju kepada orang-orang yang ingin menjadi penulis, akan tetapi merasa kurang percaya diri dengan karyanya.  “kalau kamu mau menulis, ya tulis aja, jangan pake mikir. Langsung menulis aja jangan pake mikir.” ,- via Novel 5 cm.

Apa yang bisa kita simpulkan terkai kalimat oleh William Forester di atas ? Jika kita ingin menulis, bukan berapa banyak orang yang akan membaca tulisan kita, namun seberapa banyak tulisan itu memuat apa-apa yang mengganjal di hati kita. Kenikmatan dari suatu karya tulis akan terjadi bila segala pikiran kita tercurah dalam tulisan tersebut bukan pada berapa banyaknya pembaca dan like atas tulisan tersebut. Pembaca dan like bagi penulis adalah upah atas hasil karyanya.


SELESAI...