Sebuah perjalanan hidup yang tertulis dan tercatat
rapi dalam sebuah buku harian, suatu saat nanti akan mengajarkan kita secara
pribadi dan contoh bagi anak cucu kita kedepan. Berawal dari ini semua
sisi-sisi kehidupan kita terangkai dalam kalimat yang tentunya membuat kita
terharu atau bahagia ketika dibaca kembali.
Lain halnya dengan buku hairan yang memuat
pengalaman pribadi, ada dan akan selalu ada sebuah catatan-catatan peristiwa
menyangkut khalayak luas yang mana juga akan dicari, dicerna serta dibagikan
kembali kepada orang banyak, baik yang ada sangkut pautnya dengan peristiwa
tersebut maupun tidak. Orang-orang yang menjalani sendiri peristiwa tersebut
mungkin mengetahui dan paham alasan mengapa hal itu terjadi. Akan tetapi ada
saja orang yang tidak berhubungan langsung dengan suatu kejadian berubah menjai
pribadi yang paling tahu soal tersebut. Adalah sebuah media sebagai sumber
informasi yang memunculkan pribadi-pribadi seperti yang saya sebutkan di atas.
Sumber informasi terbesar yang saat ini bisa
didapatkan adalah melalui media yang mana setiap waktunya selalu mengisi hari-hari kita. Tentu sangat membantu serta
memintarkan bagi yang menontonya namun tidak jarang diantara sekian banyak
media ada juga yang justru menebar fitnah, propoganda, rasis, sara, mengadu
domba dan pastinya kontroversi. Masyarak tentu sudah hafal yang dimuat oleh
media, terutama media tertulis. Mereka tidak lain dan tidak bukan akan
menemukan hal-hal yang bermuatan ekonomi, sosial, budaya serta politik.
Ini secara tidak langsung juga akan memunculkan orang-orang
kritis yang tentunya tidak tinggal diam terhadap segala berita dan mencoba
merespon melalui menulis serta mempublikasikan tulisannya di media sosial dan
menjadi konsumsi publik. Isi daripada tulisan orang-orang yang kritis tersebut tentu kurang lebih
memuat sub bab sama dengan tulisan yang sudah ada, perbedaannya hanyalah siapa
yang memberi dan siapa yang pro serta siapa yang kontra.
Saya rasa tulisan-tulisan sosial, budaya dan politik
sudah banyak dipublikasikan di berbagai media masa. Adapun jika kita ingin juga
menulis hal yang sama justru akan menjadi bacaan yang membosankan bagi sebagian
orang. “Ah..politik lagi politik lagi..” atau komentar “tulisan begini aja
dapet best rate.” Sangatlah wajar jika
orang menilai demikian karena mungkin berulang kali mereka mengkomsumsi bacaan
yang sama. Maka kalau ingin tulisannya berarti coba buat tulisan yang memotivasi
karena saat ini banyak sekali orang yang depresi mengetahui kondisi tanah airnya. Alternatif
lain yang bisa kita coba selain memotivasi adalah membuat tulisan lucu yang
pastinya membuat orang tidak jemu dalam membacanya.
Ada
sebuah Kutipan dari William Forester yang tertuju kepada orang-orang yang ingin
menjadi penulis, akan tetapi merasa kurang percaya diri dengan karyanya. “kalau kamu mau menulis, ya tulis aja, jangan
pake mikir. Langsung menulis aja jangan pake mikir.” ,- via Novel 5 cm.
Apa yang bisa kita simpulkan terkai kalimat oleh
William Forester di atas ? Jika kita ingin menulis, bukan berapa banyak orang
yang akan membaca tulisan kita, namun seberapa banyak tulisan itu memuat
apa-apa yang mengganjal di hati kita. Kenikmatan dari suatu karya tulis akan
terjadi bila segala pikiran kita tercurah dalam tulisan tersebut bukan pada
berapa banyaknya pembaca dan like atas tulisan tersebut. Pembaca dan like bagi
penulis adalah upah atas hasil karyanya.
SELESAI...