Halaman

22/06/14

Top 28 of 31

Isabell Alika Putri | 09.05 |
Ketika saya menulis ini di twitter sera facebook dan saya baca berkali-kali saya berfikir ini adalah kalimat terbaik yang pernah saya tulis dalam menanggapi kegelisahan saya menunggu hasil rapot. Akan tetapi ketika saya tulis “Peringkat Bonus” di pencarian twitter ternyata saya tidak sendiri menulisnya.  Saya mencoba menebak-nebak pastilah mereka-mereka yang menulis apa yang juga saya tulis sama-sama khawatir dengan peringkat semester ini.  Saya pun berani bertaruh yang menulis kalimat tersbut memiliki nilai yang kurang memuaskan dan tentu akan berdampat pada peringkatnya nanti. Saya sendiri berfikir demikian, saya mengimajinasikan dan mulai mencari sekian banyak alasan untuk menjelaskan kepada orang tua jika nantinya saya benar-benar ada di peringkat bawah.


Kekhawatiran saya terjadi.  Hari itu secara resmi saya berada di peringkat 28 dari 31 siswa. Tidak adil bagi saya, ketika semua orang di kelas yang sama, waktu yang sama, guru yang sama, akan tetapi mendapat nilai yang berbeda. Sebuah faktor pembedanya adalah usaha dan tingkat fokus serta konsistensi pada diri 
masing-masing siswa. Faktor pembeda itu juga yang selama ini hilang dari dalam diri saya.

Kebanggan tersendiri bagi saya secara pribadi berada di salah satu sekolah favorit di Kota Kebumen. Sekolah yang juga rekor prestasinya lumayan diperhitungkan di Jawa Tengah, yang mana tempat tersebut mungubah dan menyadarkan saya atas faktor pembeda yang sekali lagi sudah lama hilang dalam diri saya.

Sabtu 21 Juni 2014 , tepat dua tahun saya berada di sana dan dalam waktu selama itu terasa sangat sebentar, akan tetapi saya masih saja terseok-seok di peringkat bawah. Merasakan tersungkur di bawah selama dua tahun barulah saya mengerti jika ternyata dua tahun sangatlah lamaaaa. Masih ada satu tahun kedepan memang untuk mengulang mencetak peringkat 3 besar kelas seperti yang saya lakukan ketika 
Ujuan Nasional SMP. Akan tetapi ini SMA bukan SMP lagi. Dapat dipastikan rekan-rekan saya sekalah juga akan melakukan hal yang sama dengan saya, yaitu berjuang mati-matian demi predikat yang selama ini diangung-agungkan sebagai prestasi sekolah, yaitu kelulusan.

Saya tidak begitu yakin mampu mengulang peringkat 3 besar yang saya dapatkan mengingat prestasi, ambisi, dan usaha yang dilakukan rekan-rekan sekelas begitu menjanjikan. Jangankan saya bahkan rekan sekalas, guru juaga orang tua pun mungkin tidak akan percaya akan hal tersbut.

Nb : Sebagian orang ketika berada di peringkat atas pasti malu menyebutkan peringkatnya .Melalui artikel ini saya tidak malu-malu menyatakan jika saya “Berada di perinkat 28 dari 31 siswa.” Sebagian orang rasanya akan malu menyebutkan angka itu karena memang sebuah pencapaian yang sagat buruk.  Melalui artikel ini juga saya berikan jempol bagi orang yang ketika ada di atas tidak menyebutkan dan justru menyembunyikan kelebihannya. Itu luar bisasa. Maka, mari kita bersaing kembali untuk mencapai hasil maksimal di semester depan.


SELESAI...