Ketika saya menulis ini di twitter sera facebook dan
saya baca berkali-kali saya berfikir ini adalah kalimat terbaik yang pernah
saya tulis dalam menanggapi kegelisahan saya menunggu hasil rapot. Akan tetapi
ketika saya tulis “Peringkat Bonus” di pencarian twitter ternyata saya tidak
sendiri menulisnya. Saya mencoba
menebak-nebak pastilah mereka-mereka yang menulis apa yang juga saya tulis
sama-sama khawatir dengan peringkat semester ini. Saya pun berani bertaruh yang menulis kalimat
tersbut memiliki nilai yang kurang memuaskan dan tentu akan berdampat pada
peringkatnya nanti. Saya sendiri berfikir demikian, saya mengimajinasikan dan
mulai mencari sekian banyak alasan untuk menjelaskan kepada orang tua jika
nantinya saya benar-benar ada di peringkat bawah.
Kekhawatiran saya terjadi. Hari itu secara resmi saya berada di
peringkat 28 dari 31 siswa. Tidak adil bagi saya, ketika semua orang di kelas
yang sama, waktu yang sama, guru yang sama, akan tetapi mendapat nilai yang berbeda.
Sebuah faktor pembedanya adalah usaha dan tingkat fokus serta konsistensi pada
diri
masing-masing siswa. Faktor pembeda itu juga yang selama ini hilang dari
dalam diri saya.
Kebanggan tersendiri bagi saya secara pribadi berada
di salah satu sekolah favorit di Kota Kebumen. Sekolah yang juga rekor
prestasinya lumayan diperhitungkan di Jawa Tengah, yang mana tempat tersebut
mungubah dan menyadarkan saya atas faktor pembeda yang sekali lagi sudah lama
hilang dalam diri saya.
Sabtu 21 Juni 2014 , tepat dua tahun saya berada di
sana dan dalam waktu selama itu terasa sangat sebentar, akan tetapi saya masih
saja terseok-seok di peringkat bawah. Merasakan tersungkur di bawah selama dua
tahun barulah saya mengerti jika ternyata dua tahun sangatlah lamaaaa. Masih
ada satu tahun kedepan memang untuk mengulang mencetak peringkat 3 besar kelas
seperti yang saya lakukan ketika
Ujuan Nasional SMP. Akan tetapi ini SMA bukan
SMP lagi. Dapat dipastikan rekan-rekan saya sekalah juga akan melakukan hal
yang sama dengan saya, yaitu berjuang mati-matian demi predikat yang selama ini
diangung-agungkan sebagai prestasi sekolah, yaitu kelulusan.
Saya tidak begitu yakin mampu mengulang peringkat 3
besar yang saya dapatkan mengingat prestasi, ambisi, dan usaha yang dilakukan rekan-rekan
sekelas begitu menjanjikan. Jangankan saya bahkan rekan sekalas, guru juaga
orang tua pun mungkin tidak akan percaya akan hal tersbut.
Nb : Sebagian orang ketika berada di peringkat atas
pasti malu menyebutkan peringkatnya .Melalui artikel ini saya tidak malu-malu
menyatakan jika saya “Berada di perinkat 28 dari 31 siswa.” Sebagian orang
rasanya akan malu menyebutkan angka itu karena memang sebuah pencapaian yang
sagat buruk. Melalui artikel ini juga saya
berikan jempol bagi orang yang ketika ada di atas tidak menyebutkan dan justru
menyembunyikan kelebihannya. Itu luar bisasa. Maka, mari kita bersaing kembali
untuk mencapai hasil maksimal di semester depan.
SELESAI...