Halaman

10/05/14

SMK BISA..??

Isabell Alika Putri | 18.30 |

Pertama-tama saya ucapkan mohon maaf pada semua pihak apabila ada yang tersinggung bahkan marah setelah membaca tulisan ini. Saya hanya ingin menyampaikan pandangan saya terhadap slogan yang selama ini sering dikomersialan di banyak stasiun tv dengan bunyi SMK BISA.!!! tanpa ada keinginan untuk menjatuhkan pihak manapun.

Populasi penduduk Indonesia semakin banyak saja tiap harinya. Hal ini akan menjadi amat riskan bila pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan pembangunan negara.  Salah satu penentu pembamgunan negara di mata dunia adalah melalui sumber daya manusia. Kualias sumer daya manusia akan semakin baik apabila manusianya mendapat pendidikan yang tinggi. Dalam kelanjutannya manusia yang sudah berpendidikan tinggi akan mudah mendapat pekerjaan. Tahapan-tahapan dalam memperoleh pekerjaan tentunya akan melalui tahapan SMA/SMK yang mana keduanya berada dalam level yang sama akan tetapi dengan banyak perbedaan. 

Sebagai siswa SMP tentunya ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, baik SMA ataupun SMK tergantung siswa ingin langsung bekerja atau melanjutkan kuliah dahulu. Biasanya siswa cenderung memilih sekolah dengan batasan kondisi ekonomi keluarga. Bahkan tidak jarang siswa dipaksa sekolah karena tuntutan ekonomi bukan karena keinginannya sendiri. Hal ini tentu berbahaya bagi siswa yang belum mendapat informasi yang cukup tentang sekolah tujuannya karena biyaya sudah menungggu mereka di tahun pelaaran baru. Kejadian tersebut sepertinya sudah sering dialami oleh siswa di negeri ini.
Mahalnya pendidikan Indonesia yang berbanding terbalik dengan kualitasnya membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap sekolah-sekolah yang ada. Memanfaatkan teknologi yang semakin maju sekolah mendapat tempat untuk ajang mempromosikan nama baiknya, mereka berusaha tampil sebaik mungkin di hadapan media dan memamerkan slogannya masing-masing, walaupun mungkin ketika sampai disana para orang tua akan dipungut biyaya yang cukup membuat mereka kesal.

Pemerintah tidak kalah sibuk mencari cara supaya anak bangsa terus menimba ilmu, pastinya dengan menyalurkan anggaran terbesar pada pendidikan sehingga orang tua dan siswa tidak perlu pusing-pusing membayar. Salah satu usaha pemerintah supaya pendidikan berhasil dijadikan alat membangun bangsa adalah dengan langsung mempekerjakan siswa sedini mungkin ketika lulus sekolah. Rasanya memang bagus supaya siswa tdak diam berpangku tangan terlalu lama oleh orang tua dan bangsanya namun bergerak membantu menaikan pendapatan per kapita penduduk yang juga menaikan harkat dan martabat bangsa secara otomatis. Cara tersebut rupaya mendapat dukungan dari orang tua siswa yang secara besar-besaran menyambut sebuah slogan “SMK BISA” serta berbondong-bondong mendaftarkan anaknya ke SMK.

Dapat kita telaah bersama bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia terutama jenjang SMK. Kemunculan slogan SMK BISA lama-kelamaan berakibat dengan sepinya peminat SMA. Oleh karena itu dapat dipastikan jumlah SMK pun akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah peminat. Slogan tersebut  seolah-olah sudah paling pas dierapkan di negeri haus penghasilan seperti Indonesia.

Memang SMK sudah mengarahkan langsung ke bakat dan minat siswa. Seperti yang saya tulis di artikel “Peran Support Dalam Hidup Saya”  yang kurang lebih membahas sebuah hobi menjadi sia-sia sebab tidak dilatih karena kurangnya dukungan dari pemerintah. Sekarang saya baru mendapat jawaban dari  penantian saya terhadap aksi pemerintah yang peduli akan hobi anak bangsa, yaitu dengan menjadikan SMK dengan bermacam-macam bidang keahlian sehingga siswa dapat mengembangkan hobi langsung didalamnya sekaligus diarahkan ke pekerjaan.

Aksi tersebut mendapat sambutan yang baik memang, akan tetapi pokok persoalan belum sepenuhnya selesai. Mungkinkah siswa lulusan SMK yang kurang lebih masih selevel dengan SMA  lebih mudah mendapat pekerjaan ? Mungkin benar, akan tetapi apakah pemerintah sudah siap dengan lahan pekerjaan untuk menampung siswa siap kerja lulusan SMK yang dijanjikan mendapat pekerjaan lebih mudah ? Saya rasa belum.

Diperlukan pemikiran jangka panjang mengingat slogan yang telah dibuat “SMK BISA”  menjadikan jumlah siswa yang mendaftar terus meningkat taip tahunnya. Sebuah pemikiran yang tidak hanya berorientasi pada bagaimana agar SMK tidak kehilangan peminat, akan tetapi juga pemikiran bagaimana masa depan siswa lulusan SMK. Pemerintah harus kembali berfikir dimana mereka bekerja sementara lahan pekerjaan kurang. Kalau sudah begini maka bukan hal yang mustahil kalau justru pengangguranlah yang semakin meningkat, anggaran yang makin berkurang sebab di SMK mereka diajarkan bagimana mendapatkan pekerjaan dan pastinya keuntungan secepat mungkin, bukan sebaik mungkin. Saya teringat dengan salah satu kalimat guru ekonomi saya bernama Bapak Isman Sawabi :

“Bekerja  itu harus melupakan Agama dan PKn, yang kita pikirkan adalah bagaimana agar keuntungan kita peroleh sebanyak-banyaknya kalau bisa secepatnya, tidak peduli dengan kualitas, yang penting perut anak istrie kenyang.”

Kalau yang diinginkan pemerintah adalah menaikan harkat dan martabat negara melalui keringat siswa akan pendapatannya saya kira sah-sah saja. Namun akan lebih baik lagi bila pemerintah menginginkan peningkatan mutu serta kualitas dari pendidikan itu sendiri.

APBN negara yang dihabiskan untuk pendidikan belum sepenuhnya menjamin kualitas pendidikan. Kita tahu, Pendidikan Indonesia (2014) berada di peringkat 69. Hasil yang tentu buruk mengingat APBN cukup banyak dipakai.  SMK adalah usaha pemerintah menghasilkan generasi pekerja sedini mungkin yang tentu menambah pendapatan per kapita sehingga dana APBN yang sudah dipakai cepat kembali .

Wacana yang menurut saya menggelikan adalah siswa SMK akan dikirim ke luar negeri.Sebuah ide yang sangat aneh karena di negeri sendiri saja, banyak siswa SMK tidak dipercaya apalagi di negeri orang. Justru mungkin kita akan ditertawakan, sarjana saja sulit mendapat pekerjaan di luar apalagi hanya lulusan SMK.

Memang siswa SMK dapat melanjutkan kuliah seperti halnya siswa SMA. Mereka akan lebih terarah karena tinggal meneruskan jurusan yang sudah ditekuninya. Lain halnya dengan siswa SMA yang mungkin masih meraba-raba kemana mereka setelah lulus. Bahkan diantara mereka ketika kelas XII masih tidak tahu bakat dan keahliannya.

Maka dari itu, mengingat Ujian Nasional SMP telah berlangsung. Saya kira adek-adek SMP tidak seharusnya bergantung pada kondisi ekonomi orang tua yang mengharuskan adek lekas bekerja. Ingatlah bahwa mutu dan kualitas tetap harus dijadikan tolak ukur keberhasilan adek dalam bekerja.

.SELESAI