Jum’at,
12 April 2014
Ada dua acara televisi yang membuat saya dan ibu
sama-sama terganggu menikmati acaranya masing-masing. Ibu lebih memilih
menonton Indonesia Idol sedangkan saya beserta kecintaan pada sepakbola tanah
air memilih menonton Tim Nasional Oman U-19 vs Tim Nasional Indonesia U-19. Tidak
jarang diantara harus berbagi detik di tengah-tengah berlangsungnya acara
tersebut. Pada saat kontestan bernyanyi maka channel milik ibu akan tetapi
ketika komentar dan iklan channel sepenuhnya menjadi milik saya.
Saya pribadi adalah penikmat musik, terutama lagu
yang sesuai dengan kondisi saya pada saat ini. Malam tadi peserta idol
menyanyikan lagu melow yang sekiranya menggambarkan apa-apa yang ada di pikiran
dan hati saya. Pembawaan, Penjiwaan
serta didukung suara yang luar biasa dapat membawa penonton tenggelam dalam
kondisi yang disampaikan penyanyi, tidak terkecuali saya sendiri.
Zaman SMP saya memutar musik hanya untuk dinikmati
ritme dan nada serta suara tanpa mengetahui maksud yang ingin disampaikan si
penyanyi. Hal itu terbukti saat umur saya 12 tahun (ketika itu) ibu meminta
saya bernyanyi sebuah lagu untuknya. Apa yang saya nyanyikan ? saya dengan
polosnya dan culunya menyanyikan tembang dari Band D’Masiv berjudul Cinta Ini
Membunuhku. Saya bahkan tidak menyadari ekspresi aneh yang ditunjukan kepada
saya usai lagu tersebut dan tanpa saya sandari lagu untuk ibu sudah menjadi
bahan cerita di rumah beberapa hari kemudian.
Saya tidak mempunyai alat musik selain suling dan
pianika sehingga saya kurang pandai memainkan alat musik. Sayapun lebih suka mendengarkan musik,
terutama saat sedang santai atau perjalanan panjang ketika wisata. Tidak bisa
saya pungkiri lagu-lagu yang ada adalah lagu pop. Lebih daripada itu
permasalahan yang saya hadapi membuat lagu pop tersebut cenderung melow he..he.
Lagu pop saya kumpulan ketika usia saya beranjak dewasa yang mana pada saat itu
masih mempunyai keingintahuan pada banyak hal, meraba-raba dunia dewasa yang
sepantasnya diketahui, dan mencoba bersikap dewasa dalam berbagai kesempatan.
Melalui lagu juga pesan yang disampaikan oleh penyanyi pelan namun pasti mulai
saya pahami dan mengajarkan saya di dalam proses kehidupan untuk lebih
berkembang.
Karena
dari semua yang saya pelajari di kehidupan dapat disimpulkan bahwa life is goes
on.
Setiap orang mengetahui bahwa dirinya akan
berkembang dalam tahapan-tahapan atau proses-proses yang terlebih dahulu harus
dilalui sebelum mencapai puncak. Tidak jarang pula kita harus mencari cara yang
berbeda yang mungkin jarang dilakukan orang lain untuk mencapainya sehingga
memeberikan kesan aneh pada orang lain. Dalam tingkatan yang lebih ekstrim apabila
kita ingin baik daripada yang lain maka seseorang akan menganggap segala
sesuatu yang bermuatan negatif pada diri kita seperti Arogant, Payah, S**T dan blablablabla terkait dengan semua yang
kita lakukan untuk mencapainya.
Ehm....ehm...bhahaha saya sama sekali tidak
bermaksud Arogant. Apa yang saya katakan melalui artikel di website saya adalah
suatu bentuk percaya diri yang selama ini Anda menganggapnya Arogant. Anda bisa
membaca kembali artikel saya “Percaya Diri atau Sombong” 31 Oktober 2014 di www.dellalik.blogspot.com
untuk lebih memahaminya. Kalau sudut pandang Anda mengatakan saya arogant
karena tidak memberi contekan saat ulangan, kemudian menganggap seolah-olah
saya pintar. Anda semua akan tahu bagaimana saya mencoba meluangkan waktu untuk
belajar.
Setiap manusia yang melakukan tindakan suatu saat
pasti akan mengalami kesalahan. Ketika kesalahan terjadi berbagai masukan
menjadi sangat penting bagi siapapun. Ah gimana sih, payah, gitu lagi-gitu
lagi, coba lagi yoooo...!!!!.
Sejujurnya dahulu saya pernah menekankan pada diri
saya supaya ketika Ujian Nasional 2009 dapat menempati minimal 10 besar kelas.
Saya tidak percaya ketika berhasil ada di urutan ketiga mengalahkan orang yang
menurut ibu pintar di kelas. Sampai pada akhirnya setelah SMA peringkat saya
terjerembab ke urutan juru kunci saat kenaikan kelas. Sudah bisa ditebak reaksi
dari ibu jika mengetahui anaknya mengecewakan. Sayapun berguman dalam hati,
mulai dech blablablabla dan ingin
sekali menyatakan kalau ibu tidak ingat jika saya dahulu pernah menempati
peringkat atas. Akan tetapi sekarang saya menyadari bahwa yang dibutuhkan, dilihat
dan dinilai adalah yang sekarang bukan esok apalagi kemarin. Orang lain tidak
peduli dahulu kau mau pintar atau bodoh tetapi orang selalu menilai keadaanmu
saat ini.
Perkataan negatif pada beberapa paragraf di atas ditujukan
rekan sekolah kepada saya. Saya sendiri berguman dalam hati dan berpendirian
seperti yang dituliskan Syamsir Alam melalui akun twitternya, “people will hate
you,rate you,shake you and break you.but how strong you stand is what makes you”.
Kalian sah-sah saja berkata demikian bahkan saya sangat terbuka menerimanya
karena di negeri kita tercinta tidak ada hukumnya menilai seseorang. Sekali
lagi Anda sekalian berhak berbicara apapun, akan tetapi hak saya juga untuk
mensikapinya. Jika Anda semua tidak tahu alasan tentang apa yang saya lakukan,
maka jangan sekali-kali angkat bicara. Saya hanya akan mengatakan satu kalimat
untuk Anda yang sudah memperhatikan dengan mencari-cari kesalahan, kebodohan
dan kekurangan saya, yaitu Terima Kasih karena Anda sudah menambah pahala saya.
Alhamdulillah.
SELESAI...