Halaman

19/08/15

Jangan Renggut Cintaku !!

Isabell Alika Putri | 14.08 |
Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada semua pihak, 

Ehm.......entah berapa lama lagi saya harus menahan untuk tidak menuliskan ini. Akan tetapi rasa yang satu ini mengalahkan rasa yang lain. Iya, kali ini rasa penasaran lah yang memainkan peran utama. Ia berperan aktif semacam virus yang mampu menginfeksi segala sendi-sendi tubuh. Sosoknya muncul ditengah-tengah aktifnya rasa cinta dan mulai menyebar dan memberi efek samping serta sensasi yang berbeda.


Hay...Saya Isabell Alika Putri. Pribadi yang masih saja mencari ketika yang lain mulai menemukan. Saya percaya kalian sudah menemukan sebagian tujuan hidup kalian, yaitu Cinta. Akan tetapi, saya penerawangan saya mengatakan rasa bosan masih memberi efek samping dari cinta yang kalian miliki. Lalu mulai mencari hal yang baru, menjadi pribadi lain, dan tidak lagi menemukan diri kalian yang seperti dulu. 

Saya mencoba terbuka karena memang cukup lelah untuk memendamnya. Isabell Alika Putri adalah pencinta MATEMATIKA. Iya, pelajaran yang cukup menakutkan bagi sebagian pelajar namun selalu hadir mewarnai hidup kalian. Saya Isabell Alika Putri pribadi yang cukup sering menentang arus. “Semangat melakukan apa yang orang lain abaikan” Saya mencoba membaca apa yang terjadi selama ini ketika pelajaran MATEMATIKA berlangsung. Ketika usia masih belum mempedulikan apa arti sebuah nilai bahkan ia belum mampu menerjemahkan mengapa saya duduk di bangku sekolah. Ia, ketika TK dan perannya mulai menguat ketika usia mengerogoti kepolosan dan keculunan serta menguatnya nilai-nilai kerohanian yang juga pelan-pelan menyadarkan arti serta tujuan orang tua membawa anda ke dunia sekolah. Nilai-nilai spiritual yang membangunkan dan membuka mata kalian bahwa orang tua susah payah cari uang demi sekolah kalian dan bersamaan dengan itu tanggung jawab atas nilai, terutama nilai MATEMATIKA mulai aktif. 

Kepasifan dari pertanggungjawaban nilai sekolah, terutama MATEMATIKA membuat lubang menganga dan mengaktifkan kepribadian saya di atas “Semangat melakukan apa yang orang lain abaikan” Saya Isabell Alika Putri adalah pribadi yang paling bahagia ketika diri kalian dihantui rasa “menyepelekan”. Dampaknya, tentu pada semangat atas momentum ini semakin memuncak dan memuncak. Kesempatan emas yang diberikan secara gratis atas terabainya MATEMATIKA oleh kepolosan Anda semua saya bayar dengan semangat meraih nilai sebiak-baiknya. Berkat masih besarnya kepolosan Anda juga membuat sensasi tersendiri di setiap MATEMATIKA hadir di kehidupan saya. 

“Semangat melakukan apa yang orang lain abaikan.” .Sekarang saya menemui ada kekeliruan dan memunculkan banyak masalah baru. Lalu kemana saya ketika orang lain berbondong-bondong dengan begitu hebohnya mengejar suatu target? Jika, kesukaan bertolak dari prinsip di atas tentunya tidak akan bertahan lama. Karena, semakin lama, manusia akan menyadari pentingnya status sosial dan status itu didapat jika nilai tinggi. Apalagi timbulnya rasa gengsi jika nilai MATEMATIKA tinggi yang diikuti naiknya status sosial dan ke-WOW-an pencapainya. Status serta gengsi ini mulai merusak kecintaan saya pada matematika , atmosfer yang diciptakan oleh teman seperjuangan begitu mengebu-gebu sehingga mereka berlomba-lomba agar nilai MATEMATIKA nya sesuatu. 

Saya pun mundur dari perebutan nilai WOW di MATEMATIKA. Selain karena saya bertolak pada prinsip di atas, yang mana akan semangat jika yang lain mengabaikan, juga memang ada yang merenggut cinta saya. Saya kehilangan momentum itu, saya sakit hati. Cinta yang selama ini merasuk sendi-sendi kehidupan pergi di luar kendali. 

Sekali lagi saya pencinta MATEMATIKA, saya keturunan pencinta MATEMATIKA juga. Cintanya menular kepada saya. Kemudian cinta itu direnggut begitu saja. Cinta ini hanya perlu dibumbui perhatian (baca: kontrol). Dan ketika bumbu itu terlupa maka hambar jadinya. Berangkat dari terlupanya bumbu itu saya pun kehilangan momentum. Ya begitulah rasa cinta saya, berakhir dengan SPEKTAKULER.

Seperti saya sebutkan di atas, nilai-nilai spiritual yang mulai merasuk berupa esensi dari tujuan mencapai nilai tinggi, tidak hanya di matematika bersamaan dengan tertinggalnya bumbu kontrol itu mengubah kecintaan saya pada MATEMATIKA dengan rasa bosan. Kebosanan ini terlalu lama adanya sampai suatu ketika bumbu itu hadir kembali dan terlambat. Hari, bulan bahkan bertahun-tahun tanpa bumbu membuat saya harus menepi dari persaingan perebutan nilai tinggi di MATEMATIKA. Bahkan, saya sempat ingin pensiun mengejar MATEMATIKA yang jauh meninggalkan saya. Otot-otot yang notabane rumus-rumus yang menjadi pondasi mulai rapuh tak terurus, buku berdebu bahkan tersulap dari putih menjadi hijau dengan lumutnya yang menempel. 

Sampai pada suatu ketika bumbu itu hadir kembali. Akan tetapi, terlalu di ujung. Sedangkan otot-otot (rumus-rumus) sudah tidak lagi bugar bahkan saya lupa perhitungan-perhitungan yang amat sederhana. Dari sini, munculah nilai spiritual berupa tanggung jawab dari apa yang sudah dipercayakan pada saya. Ingatlah bahwa kepercayaan itu mahal harganya. Beban yang kemudian menjadi tantangan membangunkan saya dari tidur lelap dan membugarkan otot-otot (rumus-rumus) kembali. Perlahan-lahan dan bahkan boleh dikatakan telalu lambat. Saya tidak peduli seberapa tertinggalnya saya, yang saya pedulikan adalah tanggung jawab dari sebuah mimpi bersama. MATEMATIKA masih tetap menjadi gengsi dan menaikkan status sosial dan itu semua tegas adanya. Mimpi ini dapat terwujud dengan bantuan semua pihak, termasuk diri saya. Saya tidak ingin menjadi benalu yang hanya membuat mimpi buruk dari semuah pihak yang ingin mewujudkannya. Mimpi yang menampar saya memulai prinsip baru “Jangan sepelekan segala hal, apapun kondisinya.”

BERSAMBUNG....