Halaman

29/05/17

Gairah itu Hadir Lagi

Isabell Alika Putri | 20.59 |
Senin, 05 Mei 2017

Hari ini ialah hari dimana saya memulai segalanya seperti biasanya. Anehnya, tidak ada target apapun untuk diselesaikan, seakan-akan hanya menunggu sore dan kemudian menanti esok hari.


Menggunakan handphone yang saya koneksikan ke wifi kampus, sampailah saya ke halaman beranda youtube. Histori di sana menampilkan kumpulan video music mellow, termasuk pula berbagai tutorial bidang komputer, itu pun diputar jika sedang berekspektasi tinggi ala anak muda.

Ketika itu, terlintas di benak saya untuk bernosalgia sekali lagi dengan melodi. Hasrat itu terlintas sesaat beberapa detik video sepak bola terputar. Koneksi handphone yang jauh dari kata memuaskan mengharuskan saya bolak-balik ke aplikasi tersebut. Nah, inilah saat dimana gairah saya muncul ke permukaan. Salah satu video yang membuat saya penasaran mengarahkan ibu jari saya fokus padanya. Iya, video kreatif dari salah satu channel luar negeri yang mempraktikan cara menyusun ribuan korek api menjadi mobil sport f1.  Di bawahnya terdapat berbagai macam tutorial sederhana terkait dengan teknologi sederhana yang bisa diolah dengan tangan kreatif.  Bahan-bahan yang teryata dekat dengan kebutuhan sehari-hari membuat saya merasa bodoh karena tidak pernah mengetahui manfaat rahasianya.

Diakui atau tidak, ketertarikan saya yang makin dalam pada kreasi dari sampah sudah menggangu jiwa  sejak status facebook membanggakan negeri ini tidak sengaja lewat di beranda. Bagaimana kawula muda seusia mengharumkan nama bangsa melalui kreasinya di bidang teknologi kreatif. Menelusuri facebook profile nya membuat saya semakin yakin bahwa dunia teknologi benar-benar mengagumkan. Melalui akun-nya saya di antar ke sejumlah halaman teknologi inovasi yang sungguh-sungguh memesona. Nostalgia ini ialah salah satu alasan bagaimana video tutorial mobil f1 membuat saya betah dan terus berkunjung ke sejumlah channel serupa.

Pengalaman sehari ini membuat saya teringat tentang sosialisasi pekan kreativitas mahasiswa tetanggal 18 Mei 2017. Hari itu, kami, mahasiswa baru, disuguhi kewajiban dan tugas berperan aktif di bidangya masing-masing. Kegelisahan karena ketidaktahuan dan kebingungan untuk bergerak menjadi perasaan saya ketika itu. Tersadar bahwa selama ini, saya entah sibuk atau disubukkan, oleh tugas-tugas mandiri.

Sejujurnya, sosialisasi pekan kreativitas mahasiswa tersebut bukan yang pertama kali menggugah hasrat saya bercipta. Kumpulan jurnal elektronik menjadi saksi bagaimana naik turunya gairah itu. Lucunya lagi, pengalaman masa kecil saya dan kegemaran saya makan nasi goreng juga salah satu cerita  lama yang menjadi saksi lain hadirnya minat kreasi. Sebuah gerobak dari kertas yang dibuat dengan peralatan seadanya akhirnya menjadi bahan lelucon hari ini. Bagaimana kepolosan anak kecil tergambar jelas dari sana.

XXX

Mei 2017

Dunia hari ini, gempar dengan masuknya virus internet bernama “Ransomware”. Target virus ini ialah berbagai instansi pemerintahan yang menggunakan platform windows.  Virus ini mengambil data yang dirasa mahal harganya dan meminta mereka yang kehilangan data membayar sejumlah uang.

Hari itu, kelas saya kebetulan terjadwal mata kuliah Aplikasi Komputer sehingga kami harus membawa laptop. Akan tetapi, kali ini, dosen saya tidak berani menghidupkan laptopnya. Diceritakan olehnya, bahwa hardisk-nya bernilai 450 juta. Lebih jauh, beliau bercerita bahwa ada banyak list jurnal standar internasional yang membuat harga tawarnya begitu tinggi.

Cerita di atas adalah gambaran nyata bagaimana dunia kreatif yang terprduksi melalui jurnal mahal harganya. Sejumlah makna tersiat dapat digeneralisasikan dari lembaran kertas bernama jurnal. Bagaimana konstribusi, konsistensi akhirnya menuai penghargaan yang begitu tinggi.

Saya disini, tidak bicara, kita harus melakukan penelitian atau mengikuti pekan kreativitas mahasiswa. Lebih dari itu, lahan kreativitas ialah luas cakupannya. Mari berdaya cipta karena karya tidak akan pernah mati.