Senin, 05 Mei 2017
Hari ini ialah
hari dimana saya memulai segalanya seperti biasanya. Anehnya, tidak ada target
apapun untuk diselesaikan, seakan-akan hanya menunggu sore dan kemudian menanti
esok hari.
Menggunakan handphone yang saya koneksikan ke wifi
kampus, sampailah saya ke halaman beranda youtube.
Histori di sana menampilkan kumpulan video music mellow, termasuk pula berbagai tutorial bidang komputer, itu pun
diputar jika sedang berekspektasi tinggi ala anak muda.
Ketika itu,
terlintas di benak saya untuk bernosalgia sekali lagi dengan melodi. Hasrat itu
terlintas sesaat beberapa detik video
sepak bola terputar. Koneksi handphone
yang jauh dari kata memuaskan mengharuskan saya bolak-balik ke aplikasi
tersebut. Nah, inilah saat dimana gairah saya muncul ke permukaan. Salah satu video yang membuat saya penasaran
mengarahkan ibu jari saya fokus padanya. Iya, video kreatif dari salah satu channel
luar negeri yang mempraktikan cara menyusun ribuan korek api menjadi mobil sport f1. Di bawahnya terdapat berbagai macam tutorial sederhana terkait dengan
teknologi sederhana yang bisa diolah dengan tangan kreatif. Bahan-bahan yang teryata dekat dengan
kebutuhan sehari-hari membuat saya merasa bodoh karena tidak pernah mengetahui manfaat
rahasianya.
Diakui atau
tidak, ketertarikan saya yang makin dalam pada kreasi dari sampah sudah
menggangu jiwa sejak status facebook membanggakan negeri ini tidak
sengaja lewat di beranda. Bagaimana kawula muda seusia mengharumkan nama bangsa
melalui kreasinya di bidang teknologi kreatif. Menelusuri facebook profile nya membuat saya semakin yakin bahwa dunia
teknologi benar-benar mengagumkan. Melalui akun-nya saya di antar ke sejumlah
halaman teknologi inovasi yang sungguh-sungguh memesona. Nostalgia ini ialah
salah satu alasan bagaimana video tutorial
mobil f1 membuat saya betah dan terus berkunjung ke sejumlah channel serupa.
Pengalaman
sehari ini membuat saya teringat tentang sosialisasi pekan kreativitas
mahasiswa tetanggal 18 Mei 2017. Hari itu, kami, mahasiswa baru, disuguhi
kewajiban dan tugas berperan aktif di bidangya masing-masing. Kegelisahan
karena ketidaktahuan dan kebingungan untuk bergerak menjadi perasaan saya ketika
itu. Tersadar bahwa selama ini, saya entah sibuk atau disubukkan, oleh tugas-tugas
mandiri.
Sejujurnya,
sosialisasi pekan kreativitas mahasiswa tersebut bukan yang pertama kali
menggugah hasrat saya bercipta. Kumpulan jurnal elektronik menjadi saksi
bagaimana naik turunya gairah itu. Lucunya lagi, pengalaman masa kecil saya dan
kegemaran saya makan nasi goreng juga salah satu cerita lama yang menjadi saksi lain hadirnya minat
kreasi. Sebuah gerobak dari kertas yang dibuat dengan peralatan seadanya
akhirnya menjadi bahan lelucon hari ini. Bagaimana kepolosan anak kecil tergambar
jelas dari sana.
XXX
Mei 2017
Dunia hari ini,
gempar dengan masuknya virus internet bernama “Ransomware”. Target virus ini
ialah berbagai instansi pemerintahan yang menggunakan platform windows. Virus ini
mengambil data yang dirasa mahal harganya dan meminta mereka yang kehilangan
data membayar sejumlah uang.
Hari itu, kelas
saya kebetulan terjadwal mata kuliah Aplikasi Komputer sehingga kami harus
membawa laptop. Akan tetapi, kali ini, dosen saya tidak berani menghidupkan
laptopnya. Diceritakan olehnya, bahwa hardisk-nya
bernilai 450 juta. Lebih jauh, beliau bercerita bahwa ada banyak list jurnal
standar internasional yang membuat harga tawarnya begitu tinggi.
Cerita di atas
adalah gambaran nyata bagaimana dunia kreatif yang terprduksi melalui jurnal mahal
harganya. Sejumlah makna tersiat dapat digeneralisasikan dari lembaran kertas
bernama jurnal. Bagaimana konstribusi, konsistensi akhirnya menuai penghargaan
yang begitu tinggi.
Saya disini,
tidak bicara, kita harus melakukan penelitian atau mengikuti pekan kreativitas
mahasiswa. Lebih dari itu, lahan kreativitas ialah luas cakupannya. Mari
berdaya cipta karena karya tidak akan pernah mati.