Ketika
saya berada di lingkugan yang
mengharuskan saya berkumpul dengan berbagai macam karakter, maka, diakui atau
tidak, saya akan banyak menghabiskan waktu dengan pribadi yang arah bicaranya
dan pemikirannya sama seperti saya. Ini bukan berarti saya menutup diri dari
mereka yang bersebrangan, tentulah saya akan menghargai siapa saja yang datang,
namun yang pasti, komunikasi akan terasa menyenangkan bila kedua pihak nyaman
berada di dalamnya.
Sudah
menjadi suratan bahwa dunia ini dipijak oleh berbagai macam karakter. Tugas
kita semua ialah, menghargai keberagaman itu dan menjaga perdamaian diantara
kita sendiri. Saya pun, terlahir di lingkungan yang beragam dan besar di sana.
Ketika kita keluar dari rumah, kita akan menemui karakter-karakter unik khas
mereka. Sudahlah tentu, tidak semua karakter akan nyaman bila menjadi teman
berbagi cerita. Akhirnya, jika kita berbaur di mana pun kita berada, kedewasaan
dan sikap saling menghargailah yang akan menentukan penilaian orang lain.
Kaitannya
dengan lingkungan sosial dan bagaimana cara saya menanggapinya, mungkin status
di facebook saya pernah mengungkapkannya. Beberapa waktu lalu di tahun ini,
saya pernah menuliskan status yang bagi diri sendiri adalah bentuk
kekanak-kananakan yang masih mengikuti proses kedewasaaan saya. Status tersebut
berbunyi kurang lebih seperti ini, “benar atau salah, suka tidak suka, inilah
gaya saya”. Intinya, saya akan mengikuti, kemana pikiran saya bergerak.
Selama saya nyaman melakukannya, maka akan saya lakukan. Tidaklah berpikir bahwa
tindakan itu akan menemui masalah atau bahkan resiko. Mulai dari hobi, cara
bicara, dan bersosialisasi ialah gaya yang sudah ditakdirkan dan tidak bisa
diubah. Itu pikiran saya kala itu.
Perlu
diketahui, saya bukan pribadi yang akan menentukan dengan siapa dan bagaimana
seharusnya saya berbaur. Sedari kecil, saya sudah dikenalkan dengan
keberagamanan. Bahwa, berbeda itu menyenangkan, berbeda itu sungguh indah. Saya
sendiri suka heran dan aneh mengapa banyak perpecahan hanya karena berbeda
pemikiran.Namun, bukan itu yang akan saya tuliskan di artikel ini. Mungkin,
saya akan lebih menceritakan bagaimana adanya lingkungan sosial saya.
Bagi
sebagaian yang mengenal saya, pasti lah tahu bagaimana saya bersosialisasi.
Jika kalian sebut, saya pribadi yang dingin maka saya tidak akan menyalahkan
Anda. Namun perlu diketahui, saya membuka diri bagi siapa saja yang ingin datang,
sekalipun sekedar basa-basi. Tidak sedikit pun yang menanyakan mengapa saya
cenderung sendiri bukannya berkumpul. Sejujurnya, saya juga tidak tahu mengapa.
Namun, ada beberapa pula yang memahami kesendirian saya dan sangat menghargai
bagaimana pun karakter unik saya.
Artikel
sebelumnya, “Enjoy My Way”, sedikit menyinggung bagaimana saya menanggap jalan
hidup saya sangat unik. Artikel ini bukanlah kelanjutan dari cerita sebelumnya.
Disini, saya akan sedikit mengulas mengapa saya berujar bahwa jalan hidup saya
sangat unik dan menarik. Tentulah mereka yang saya bahas disini, ialah pribadi
yang sama-sama unik.
Seperti
yang dituliskan di awal artikel. Lingkungan sosial saya ialah lingkungan yang
beraagam. Saya belajar banyak soal keragaman sejak kecil. Nilai-nilai saling
menghormati dan menghargai ialah sebagian kecil dari pelajaran sehari-hari.
Kerukunan menjadi nilai yang perlu di garis bawahi sebagai pegangan hidup kami
disini. Saya sendiri bersyukur karena kami rukun berdampingan walau berbeda
jalan hidup.
Sudahlah
tentu karakter yang bermacam-macam itu mempunyai kisah hidup yang sama-sama
khas. Kecerdasan dan kedewasaan lah yang akan menjadikan masing-masing tumbuh
besar dengan pilihannya sendiri.
Kemudian
menjadi hal yang lumrah jika setiap manusia menemui duri di perjalanan yang
sudah ia pilih. Ketegasan dan karakter yang kuat akan menentukan tegar tidaknya
kita mencapai ujung jalan. Namun yang pasti, masih sama dengan artikel “Enjoy
My Way”, Juni 2017, saya masih mempunyai kemampuan independent untuk membuat
diri saya nyaman dengan apa pun takdir saya. Satu hal yang pasti, saya akan
menikmati senyaman mungkin batu loncatan bagaimana pun bentuknya.
Hal
yang sangan penting untuk disadari. Kita semua makhluk sosial dan hidup di
lingkungan sosial. Siapa saja pasti memiliki suatu problematika yang mungkin
saja terkadang berat rasanya. Bagaimana pun persoalan yang kita hadapi, manusia
tahan banting sekali pun membutuhkan teman yang tidak harus mampu membantu
menyelesaikan masalah, namun setidaknya mau mendengar.
Lagi,
diperlukan kecerdasan dalam berbaur sesasma manusia. Di atas, saya katakan, “benar
atau salah, suka tidak suka, inilah gaya saya.”
Maka, ketika itu, saya bersi keras bahwa, mungkin saja saya
salah, mungkin pula Anda benar, atau Anda lebih dewasa dan saya masih
kekanak-kanakan, namun itulah saya, satu karakter yang menjadi ciri saya dan
bukan Anda.
Menurut
sebagian pribadi yang mengenal saya, saya ialah pribadi yang dingin,
penyendiri, menyebalkan, menjengkelkan, aneh dan saya tidak akan menyalahkan
penilaian Anda. Begitulah pribadi saya, ini gaya saya. Saya tidak keberatan,
sekali pun Anda membenci saya. Saya tidak pernah memaksakan Anda suka dengan
saya dan membiarkan pergi bila Anda tidak suka. Saya pun tidak akan
bersandiwara untuk membuat Anda cinta pada saya, biarlah semua yang datang dan
membina hubungan sosial dengan saya ialah karena kesederhanaan apa adanya.
Biarkan kontak sosial saya terjalin dengan tidak ada yang dibuat-buat.
Diakui
atau tidak, keunikan pribadi setiap insan, pasti lah ada yang menyukai dan yang
tidak. Mungkin alasan ini yang saya pegang mengapa saya memilih untuk menjadi
diri sendiri. Patsi akan ditemui bagaimana lingkungan menilai kita. Bisa saja,
akan ada yang sekedar di tahap menemani serta menerima begitu saja karakter
kita, ada yang mencoba sampai ke tahapan memahami, atau di satu sisi sebagian
menghindari kita. Itulah dinamika dan seni kehidupan manusia.
Memang
lah lumrah setiap manusia disukai sebagian dan tidak disukai sebagian yang
lain. Tidak lah pantas saya marah dan justru membenci jika ada yang tidak
menyukai diri saya datang dengan menyebalkan. Tidak pula saya ingin menyimpan
dendam dengan siapa saja kamu yang mungkin pernah melakukan hal yang menurut
saya kurang pantas. Setiap manusia yang pernah berbuat hal yang sungguh-sungguh
bodoh, tentu lah bukan karena karakter mereka tidak baik. Saya yakin setap
manusia tercipta dengan nurani yang sehat dan kepribadiaan yang baik.
Penilaian
diri kita hanya orang lain yang dapat menilai. Namun, ini lah diri saya apa
adanya. Saya tidak sedang bermain-main dan bersandiwara dengan siapa pun Anda.
Bagaimana Anda menilai saya adalah hak Anda. Namun, hak saya juga bersikap dan
menyikapi setiap pilihan hidup saya. Akhirnya, sekali lagi, saya yakin dan
percaya Anda adalah pribadi yang cerdas dan bijak dalam menghargai karakter
orang lain, seperti juga menghargai saya terlepas dari apa pun penilaian Anda
terhadap saya.
SELESAI…