Halaman

07/06/17

Benar atau Salah, Inilah Gaya Saya

Isabell Alika Putri | 15.38 |
Ketika saya berada di  lingkugan yang mengharuskan saya berkumpul dengan berbagai macam karakter, maka, diakui atau tidak, saya akan banyak menghabiskan waktu dengan pribadi yang arah bicaranya dan pemikirannya sama seperti saya. Ini bukan berarti saya menutup diri dari mereka yang bersebrangan, tentulah saya akan menghargai siapa saja yang datang, namun yang pasti, komunikasi akan terasa menyenangkan bila kedua pihak nyaman berada di dalamnya.


Sudah menjadi suratan bahwa dunia ini dipijak oleh berbagai macam karakter. Tugas kita semua ialah, menghargai keberagaman itu dan menjaga perdamaian diantara kita sendiri. Saya pun, terlahir di lingkungan yang beragam dan besar di sana. Ketika kita keluar dari rumah, kita akan menemui karakter-karakter unik khas mereka. Sudahlah tentu, tidak semua karakter akan nyaman bila menjadi teman berbagi cerita. Akhirnya, jika kita berbaur di mana pun kita berada, kedewasaan dan sikap saling menghargailah yang akan menentukan penilaian orang lain.

Kaitannya dengan lingkungan sosial dan bagaimana cara saya menanggapinya, mungkin status di facebook saya pernah mengungkapkannya. Beberapa waktu lalu di tahun ini, saya pernah menuliskan status yang bagi diri sendiri adalah bentuk kekanak-kananakan yang masih mengikuti proses kedewasaaan saya. Status tersebut berbunyi kurang lebih seperti ini, “benar atau salah, suka tidak suka, inilah gaya saya”. Intinya, saya akan mengikuti, kemana pikiran saya bergerak. Selama saya nyaman melakukannya, maka akan saya lakukan. Tidaklah berpikir bahwa tindakan itu akan menemui masalah atau bahkan resiko. Mulai dari hobi, cara bicara, dan bersosialisasi ialah gaya yang sudah ditakdirkan dan tidak bisa diubah. Itu pikiran saya kala itu.

Perlu diketahui, saya bukan pribadi yang akan menentukan dengan siapa dan bagaimana seharusnya saya berbaur. Sedari kecil, saya sudah dikenalkan dengan keberagamanan. Bahwa, berbeda itu menyenangkan, berbeda itu sungguh indah. Saya sendiri suka heran dan aneh mengapa banyak perpecahan hanya karena berbeda pemikiran.Namun, bukan itu yang akan saya tuliskan di artikel ini. Mungkin, saya akan lebih menceritakan bagaimana adanya lingkungan sosial saya.

Bagi sebagaian yang mengenal saya, pasti lah tahu bagaimana saya bersosialisasi. Jika kalian sebut, saya pribadi yang dingin maka saya tidak akan menyalahkan Anda. Namun perlu diketahui, saya membuka diri bagi siapa saja yang ingin datang, sekalipun sekedar basa-basi. Tidak sedikit pun yang menanyakan mengapa saya cenderung sendiri bukannya berkumpul. Sejujurnya, saya juga tidak tahu mengapa. Namun, ada beberapa pula yang memahami kesendirian saya dan sangat menghargai bagaimana pun karakter unik saya.

Artikel sebelumnya, “Enjoy My Way”, sedikit menyinggung bagaimana saya menanggap jalan hidup saya sangat unik. Artikel ini bukanlah kelanjutan dari cerita sebelumnya. Disini, saya akan sedikit mengulas mengapa saya berujar bahwa jalan hidup saya sangat unik dan menarik. Tentulah mereka yang saya bahas disini, ialah pribadi yang sama-sama unik.

Seperti yang dituliskan di awal artikel. Lingkungan sosial saya ialah lingkungan yang beraagam. Saya belajar banyak soal keragaman sejak kecil. Nilai-nilai saling menghormati dan menghargai ialah sebagian kecil dari pelajaran sehari-hari. Kerukunan menjadi nilai yang perlu di garis bawahi sebagai pegangan hidup kami disini. Saya sendiri bersyukur karena kami rukun berdampingan walau berbeda jalan hidup.

Sudahlah tentu karakter yang bermacam-macam itu mempunyai kisah hidup yang sama-sama khas. Kecerdasan dan kedewasaan lah yang akan menjadikan masing-masing tumbuh besar dengan pilihannya sendiri.  

Kemudian menjadi hal yang lumrah jika setiap manusia menemui duri di perjalanan yang sudah ia pilih. Ketegasan dan karakter yang kuat akan menentukan tegar tidaknya kita mencapai ujung jalan. Namun yang pasti, masih sama dengan artikel “Enjoy My Way”, Juni 2017, saya masih mempunyai kemampuan independent untuk membuat diri saya nyaman dengan apa pun takdir saya. Satu hal yang pasti, saya akan menikmati senyaman mungkin batu loncatan bagaimana pun bentuknya.

Hal yang sangan penting untuk disadari. Kita semua makhluk sosial dan hidup di lingkungan sosial. Siapa saja pasti memiliki suatu problematika yang mungkin saja terkadang berat rasanya. Bagaimana pun persoalan yang kita hadapi, manusia tahan banting sekali pun membutuhkan teman yang tidak harus mampu membantu menyelesaikan masalah, namun setidaknya mau mendengar.

Lagi, diperlukan kecerdasan dalam berbaur sesasma manusia. Di atas, saya katakan, “benar atau salah, suka tidak suka, inilah gaya saya.”  Maka, ketika itu, saya bersi keras bahwa, mungkin saja saya salah, mungkin pula Anda benar, atau Anda lebih dewasa dan saya masih kekanak-kanakan, namun itulah saya, satu karakter yang menjadi ciri saya dan bukan Anda.

Menurut sebagian pribadi yang mengenal saya, saya ialah pribadi yang dingin, penyendiri, menyebalkan, menjengkelkan, aneh dan saya tidak akan menyalahkan penilaian Anda. Begitulah pribadi saya, ini gaya saya. Saya tidak keberatan, sekali pun Anda membenci saya. Saya tidak pernah memaksakan Anda suka dengan saya dan membiarkan pergi bila Anda tidak suka. Saya pun tidak akan bersandiwara untuk membuat Anda cinta pada saya, biarlah semua yang datang dan membina hubungan sosial dengan saya ialah karena kesederhanaan apa adanya. Biarkan kontak sosial saya terjalin dengan tidak ada yang dibuat-buat.

Diakui atau tidak, keunikan pribadi setiap insan, pasti lah ada yang menyukai dan yang tidak. Mungkin alasan ini yang saya pegang mengapa saya memilih untuk menjadi diri sendiri. Patsi akan ditemui bagaimana lingkungan menilai kita. Bisa saja, akan ada yang sekedar di tahap menemani serta menerima begitu saja karakter kita, ada yang mencoba sampai ke tahapan memahami, atau di satu sisi sebagian menghindari kita. Itulah dinamika dan seni kehidupan manusia.

Memang lah lumrah setiap manusia disukai sebagian dan tidak disukai sebagian yang lain. Tidak lah pantas saya marah dan justru membenci jika ada yang tidak menyukai diri saya datang dengan menyebalkan. Tidak pula saya ingin menyimpan dendam dengan siapa saja kamu yang mungkin pernah melakukan hal yang menurut saya kurang pantas. Setiap manusia yang pernah berbuat hal yang sungguh-sungguh bodoh, tentu lah bukan karena karakter mereka tidak baik. Saya yakin setap manusia tercipta dengan nurani yang sehat dan kepribadiaan yang baik.

Penilaian diri kita hanya orang lain yang dapat menilai. Namun, ini lah diri saya apa adanya. Saya tidak sedang bermain-main dan bersandiwara dengan siapa pun Anda. Bagaimana Anda menilai saya adalah hak Anda. Namun, hak saya juga bersikap dan menyikapi setiap pilihan hidup saya. Akhirnya, sekali lagi, saya yakin dan percaya Anda adalah pribadi yang cerdas dan bijak dalam menghargai karakter orang lain, seperti juga menghargai saya terlepas dari apa pun penilaian Anda terhadap saya.


SELESAI…