Halaman

07/06/17

Enjoy My Way

Isabell Alika Putri | 08.03 |
Ramah dia menegur sapa, santun pula berbagi cerita. Dekat bersahabat di mana pun ia berada, hangat serta kesan berhaarga saat berpisah. Pribadi, yang ternyata selalu saya temukan di setiap lingkungan yang pernah saya pijak. Memang, Tuhan baik, menciptakan manusia yang bergairah penuh suka cita. Lebih-lebih, anugrah berlipat, ketika pribadi itu selalu hadir di sekeliling saya. Bagaimanapun, orang lain bersebrangan dengannya, dia memang ditakdirkan untuk selalu ceria. Canda dan tawa manis terlihat di foto, luwes raga berpose, sungguh dia layaknya vitamin yang harus dikonsumsi setiap mengawali hari. Setidaknya dengan sebuah senyuman tipis, tentulah akan menjadikan proyek hari ini terasa lebih ringan.

Pribadi-pribadi yang seharusnya hadir mendampingi di setiap napas.  Kehangatan itu seyogyanya menjadi kawan kemanapun raga ini pergi, dimanapun kaki ini berpijak dan selalu ada dalam masa krusial sekalipun. Jiwa dan nyawa kedua. Penyelamat diri ini dari ketidakberdayaan garis takdir menuntun arah hidup.

Mungkin ia ialah sisi lain. Abstrak tidak kentara dan maknanya tersirat namun nyata adanya bila kita mampu membuka diri kepada pemahaman. Nah, pastinya, harga mahal ialah imbalan yang akan di dapat, sekali lagi, apabila pikiran dan hati kita terbuka untuk merasakan kehadirannya. Sejak pemahaman itu, maka segala hal akan terasa lebih mudah, lebih menyenangkan dan lebih indah.

Langsung saja, ialah pribadi-pribadi yang fleksibel juga bersahabat. Ketulusan yang ia persembahkan, senyum yang ia pertontonkan dan candaan yang mereka bawakan semunya obat dari kegelisahan hati ini. Suplemen yang tak ternilai harganya sebagai teman bersenda gurau melewati problematika serta metafora penuh teka-teki.

Betapa gembiranya, malam ini kesadaran saya memahami hal tersebut. Bagaimana setelah bertahun-tahunsaya bersanding denganya akhirnya mengakui kehangatannya. Melalui sedikit memori masa lalu saya, terlintas bahwa hadirnya dia selalu dalam senyuman. Sementara memori internal di handphone juga menyimpan saksi bisu keceriaan hari-hari dia. Nampak jelas akhirnya saya simpulkan yang selama ini aku cari ternyata sudah ada di samping saya.

Ehm, mungkin terlalu panjang kalau saya bercerita betapa berharganya pribadi tersebut. Akan tetapi yang pasti, artikel ini akan bercerita tentang arti penting kehadiran sosok penuh suka cita itu.

Sejauh yang dapat saya generalisasikan dari sejumlah pernyataan pengkrtitik terhebat sekalipun, bahwa saya ialah pribadi yang kaku, kolot, keras kepala dan terlalu penyendiri. Memanglah benar karena harus diakui, saya pribadi memiliki banyak hobi dan dunia fantasi saya menuntun saya untuk selalu mengejar kegembiraan yang tercurah melalui hobi tersebut. Memang benar, karena hobi itu pula saya tidak pernah menyempatkan bersosialsasi, bergurau bahkan dalam pikiran sekalipun. Kesendirian saya, menjadi-jadi saat saya memilih waktu istirahat bersanding dengan handphone, laptop dan televise, pun genre acara yang saya pilih mengharuskan saya untuk terus berpikir. Namun perlu digarisbawahi bahwa tidak selamanya otak saya kuat menerima pelajaran terus-menerus, sisi humor saya terkadang bergejolak sehingga channel TV mengarahkan pada acara komedi.

Saya sempat terkejut dengan pernyataan salah satu pengisi acara di stasiun Net TV. Intinya, beliau menyatakan bagaimana dunia seni hiburan ialah lapak dan panggungnya manusia ber-IQ tinggi. Lagi-lagi, beliau menegaskan pernyataannya dengan hasil Indeks Prestasi Kumulatif  lebih besar dari 3,9 alias cumlaude. Deretan acara pertunjukan dan jam terbang adalah bukti nyata bagaimana dunia lawak memang benar-benar membutuhkan kecerdasan. Lagi-lagi, perlu digarisbawahi bahwa kecerdasan emosional dan spiritual juga sangat berperan.

Mungkin kesalahan terbesar saya dan mungkin akan selalu saya sesali adalah kurang pedulinya saya pada lingkungan sosial. Bagaimana seharusnya saya sadar bahwa jalan hidup saya sudah digariskan. Rasa lelah akan usaha mewujudkan cita-cita pun haruslah terobati oleh pendampingan kawan-kawan di lingkungan sosial. Keseriusan dalam belajar dan terus belajar bukanlah yang utama. Saya pun, sudah berulang kali membaca tulisan yang intinya bahwa semua yang kita kejar dan dapatkan hanyalah sementara dan juga hanya sebagai selingan. Dunia sosial dan spiritual adalah yang paling berharga.

Betapa malunya saya, membuka galeri foto masa lalu. Terpampang muka-muka ceria disekitar saya dan saya sendiri justru merenung. Kalau aku boleh sedikit cerita, beban hidup saya kalau bukan yang paling berat mungkin yang paling unik, namun sudahlah, toh setiap orang juga memiliki beban hidup, bahkan lebih berat lagi. Namun, disini saya ingin mengakui, bahwa kalian lah sebenar-benarnya manusia cerdas. Mungkin pula saya akan banyak dan terus belajar dari kalian semua. Akan tetapi, hadirnya kalian di sisi saya adalah sebuah teman yang  akan selalu saya syukuri. Oh iya, teringat saya pada sebuah ungkapan yang kurang lebih berujar seperti ini: “Orang yang mempunyai sifat kurang baik hanya perlu didampingi bukan dikritisi.” Iya, seperti saya, mungkin hal yang wajar sebagai jiwa anak muda masih membantah bila dinasehati. Poinnya yang pasti, seperti ungkapan diatas bahwa saya juga perlu didampingi agar tidak menjalani hari-hari dengan hanya berkeluh-kesah. Maka, dampingi saya apabila lain hari saya melakukan tindakan yang tidak benar. Mungkin akhirnya saya tidak menjadi benar, namun yang pasti saya akan lebih bijaksana.


SELESAI…