Kebumen, 7 Mei 2012
Seperti yang Anda ketahui, sebagai seorang murid SMP kelas IX, tentu
kewajiban utama adalah belajar namun tetap tidak lepas dari kewajiban untuk
membantu orang tua dan kewajiban Agama, namun diluar itu :
Tersimpan suatu cerita dimana ini menjadi tekanan saya saat menghadapi
pelajaran ataupun Ujian, tetapi kisah ini juga menjadi semangat saya untuk
terus mengingat-Nya.
Sebelum mambahas kisah itu, terlebih dahulu saya akan memberikan
pendahuluan
Sebenarnnya ini adalah kisah yang diawali dari pengalaman yang pernah saya
curahkan di “Tak Tersentuh oleh IMPIAN” , sama seperti kata pepatah bahwa : Roda
Kehidupan akan selalu berputar, terkadang kita di atas…dan tidak menutup
kemungkinan jika kita akan terjatuh kembali.
Dahulu saya dilahirkan di kebumen dan beberapa tahun kemudian saya
dipindahkan ke Jakarta, tepatnya di daerah Bekasi. Akan tetapi karena ada kabar
dari keluarga di Kebumen, bahawa nenek saya dirawat opname, akhirnnya
Ibu saya memutuskan untuk kembali ke Kebumen.
Betapa senangnnya saya ketika kabar tersebut samapai ke telinga saya,
hmhmhm walaupun terselip juga kesedihan yang begitu dalam karena penyebab kami
(Ibu dan saya) berpulang ke tempat kelahiran saya itu dikarenakan dirawatnya
nenek. Seribu harapan saya di Kebumen pun hadir, walau itu hanya dalam khayalan
:
1.
Bisa jumpa kangen dengan Nenek
2.
keinginan untuk bermain bersama dengan Jenny Kintan Alfanny
3.
pastinnya mendapat sekolah baru beserta Guru dan Teman
4.
Merindukan suasana kota Kebumen Beriman ini
berada di kota yang jauh lebih nyaman disbanding di DKI
Karena biasannya saya hannya pulang ke Kebumen diwaktu liburan sekolah
saja,namun kali ini saya benar-benar akan pindah ke Kebumen. Tentu inilah
saat-saat membahagiakan. Sebelum berangkat ke Kebumen kami (Ibu dan saya)
mempersiapkan segala hal untuk dibawa, daripada diam dan hanya bergulat denagn
lamunan, saya pun membantu mempersiapkannya.
Dengan menunggangi truk kami berangkat membawa semua barang dan meninggalkan
sejuta pengalaman di Bekasi. Seperti biasa sepanjang perjalanan saya tidak
menyempatkan diri untuk menutup lama dalam artian tidur, karena saya lebih
ingin memandang keindahan malam hari di beberapa kota yang kami lewati.
Kami tiba di rumah tujuan sekitar pukul delapan pagi, tanpa piker panjang
saya langsung keluar dari truk, kebetulan ada Tante Prisca Nuning Susanti
Rahayu atau biasa saya panggil dengan Tante Nuning ini meyambut di latar depan
rumah.
Seakan melupakan tujuan sebenarnnya pindah saya hannya berpendapat “Dream
Come True”langsung melepaskan semua lamunan di Bekasi untuk dijadikan
kenyataan.
Karena waktu kami kembali ke kebumen adalah waktu liburan sekolah, tentu
tidak melepas kemungkinan hanya beristirahat beberapa jam dan langsung
menjenguk nenek di rumah sakit. Ternyata selain bertemu dengan Nenek saya juka
berjumpa dengan Jenny Kintan Afanny yang biasa saya panggil Kintan ini. Rasa
yang tak bisa diungkapkan ini semua dirasakan di rumah sakit.
Kegiatan di rumah sakit pun terasa begitu menggembiarakan, jika di dalam
ruangan saya menemani nenek, diluar halaman pun saya bisa bermain dengan
alat-alat seadannya di luar halaman, akan tetapi kejadian yang masih terekan di
dalam pikiransaya sampai saat ini justru terjadi di luar ruang :
Seperti yang Anda ketahui di halaman rumah sakit tidak diperkenakan untuk
menggangu ketenangan, akhirnnya saya dan Kintan bermain di taman depan ruang D4
(tempat Nenek saya dirawat) dimana di taman tersebut terdapat dua batu besar
dan batu beralaskan lebar yang ketika hujan dgunakan untuk menyebrang itu kami
alihfungsikan sebagai tempat lomba lari tanpa suara. Sederhana namun sebuah
pengalaman yang sangat berarti bagi saya. Keesokan harinnya kami bermain di taman
yang terdapat kolam ikan di dalamnnya, karena tidak lagi ada batu untuk lomba
lari akhirnnya kami bermain dengan las kaki. Hanya beberapa lemparan saja,
sandal Kintan terlempar jauh di belakang tembok besar, saya mencoba membantu
mengambilnnya, namun tidak diizinkan oleh Ibu karena tempat tersebut dianggap
banyak hantunnya. Itulah kejadian yang membuat kami (Saya dan Kintan) pindah
lokasi bermain.
Setelah takut bermain di taman RSU Kebumen, akhirnnya kami memutuskan untuk
bermain di halaman belakang. Tempat itu nampak jelas bahwa mengasyikan untuk
bermain, selain ramai ada tumpukan pasir yang menjadi sasaran kami untuk
bermain, Karena masih anak-anak, kami mencari air sebagai perekat, maksud kami
untuk dijadikan karya seni, kami memutuskan untuk kembali ke ruang Nenek tetapi bukan
untuk menemani nenek melainkan untuk mengambil air satu gayung di kamar
mandinnya, karena tidak diizinkan, kami memutuskan mendapat air dari air
urin, hmhmhm sangan mejijikan pasti, tapi inilah yang kami lakukan sambil
menunggui nenek di rumah sakit.
Beberapa hari kami jalani, tak lebih dari kegiatan itu saja, sampai pada
akhirnnya nenek diizikan untuk pulang. Keceriaan ketika mendengar kabar
tersebut tidak melebihi keceriaan dan kelucuan saat kami bermain di taman
maupun halaman belakang rumah sakit.
Liburan yang begitu membahagiakan itupun akhirnnya berakhir. Dan tugas saya
adalah mencari sekolah,guru dan kawan yang baru.
Dengan nilai RAPOR yang tidak begitu memuaskan namun juga tidak
mengecewakan (menurut saya) saya diterima di sekolah tersebut. Sekolah tersebut
bernama SDN 2 PANJER dengan seragam identitas berwarna orange bermotif
kotak-kotak. Ketika diterima di sekolah tersebut saya duduk di bangku kelas IV.
Dan saya mempunyai wali kelas bernama Bu Eko. Di rekaman hidup saya dia adalah
seorang guru yang baik, Dengan postur tubuh yang gemuk dan pendek namun juga
rendah hati sunggu menjadi suntikan semangat saya bersekolah di Kota
Kebumen.
Cerita yang masih teringat jelas di kamus hidup seorang Isabell Alika Putri
adalah dia pernah membukakan sabuk yang terikan sangat kencang di pinggang saa,
sungguh kebaikan kecil, namun menjadikan Bu Eko adalah Guru pertama saya di
Kota Kebumen sebagai Guru yang paling berarti buat saya di SDN 2 Panjer.
Jika tadi ada Guru yang paling berarti di kelas IV, saya menemukan guru
yang paling Tegas, Galak, namun Disiplin di Kelas V. Kata-katannya begitu
heroic merasuk dalam hati da selalu teringat dalam memori saya. Dia bernama Ibu
Wasiyah,
Nah diluar dari pelajaran-pelajaran bersama Bu Wasiyah di kelas, suatu
ketika ada cerita yang tak pernah saya sangka dan duga, cerita tersebut pernah
diulas dalam artikel saya sebelumnnya yang berjudul “Tak Tersebtuh Oleh
Impian” silahkan dibaca untuk mengetahui cerita secara lebih rinci..
Namun kisah tersebut akan saya rangkum kembali dalam artikel ini, karena memang
itulah tujuan saya menulis artikel dengan judul “Ehm…Ehm…Itu Bukan Saya”
berikut saya berikan rangkumannya saja.
Awalnnya, kisah ini terjadi saat liburan kenaikan kelas V :
Ada suatu program dari Lippo Bank yang saat ini sudah berganti nama menjadi
CIMB Niaga program tersebut bertemakan “Panen Emas” menawarkan
hadiah mulai dari paying sampai satu kilogram emas batang murni.
Tidak pernah terduka oleh akal pikiran saya, bahwa orang bertubuh kecil
seperti saya ini pernah berfoto dan fotonnya dimasukan atau dimuat dalam suatu
halaman di Koran ternama Indonesia yaitu KOMPAS
Kembali lagi ada kabar tak terduka yang sempat mampir di telinga saya,
yaitu Koran kompas yang diedarkan dan dibaca oleh seluruh rakyat Indonesia,
juga dibaca oleh guru-guru SD yang waktu itu juga sedang membimbing saya,
Selang beberapa hari setelah Koran itu beredar, saya untuk kesekian
kalinnya mendapat surat yang berisi “mengundang saya ke hotel Candisari yang
pada waktu itu juga termasuk hotel langanan sekaligus hotel terbaik di
Kabupaten Kebumen. Untuk apa….?
Jawabnya untuk penyerahan hadiah satu kg emas
Kirannya sudah cukup rangkuman tentang pengalaman saya ketika liburan
semester dua di bangku kelas lima SD, untuk berikutnnya, coba Anda simak kisah
saya setelah satu kilogram emas tersebut terjual, semoga kisah ini bisa
menginspirasi Anda
Seperti yang saya tuliskan di tengah rangkuman, bahwa saya menginginkan
mobil diusia muda, akhirnnya ibu menuruti kemauan saya ini. Dengan menjual emas
tersebut di salah satu toko emas yang menawarkan rupiah tertinggi, akhirnnya
pada suatu hari, bersama dengan Bapak dan Om Toni akhirnnya kami berangkat ke Trans
di Yogyakarta dimana tempat tersebut adalah tempat penjualan mobil second
(walaupun ada juga yang baru).
Perjalan di tempuh dengan mobil sewa di dekat rumah kami. Saat itu kami
menunggangi mobil berwarna merah yang disamping terdapat tulisan “Panther“
Ketika tiba di Trans ada satu mobil berwarna Hijau Metalik yang sempat
memikat hati saya, namun karena terlalu banyak mobil, akhirnnya saya memilih
untuk mencari mobil lain, akan tetapi saya tetap tertarik pada pandangan
pertama itu. Sebenarnnya saya malu untuk mengungkapkan hal tersebut, namun
mungkin ibu sudah mengerti maksud hati saya. Akhirnnya ibu menyetujui pilihan
saya, walaupun sempat menimbulkan perdebatan.
Berangkat dengan mobil Kijang Panther dan saya bersama Ibu dan Bapak pulang
menggungkan mobil Escudo berwarna Hijau Metalik. Entah apa yang membuat saya
langsung tertarik dengan mobil keluaran tahun 1999 itu, padahal jika boleh
dibilang masih dan sangat banyak mobil keluaran terbaru dengan harga yang
sebenarnnya masih bisa terbeli. Kemudian saya hanya bisa menjawab bahwa itu
diluar karakter seorang Alika serta artikel ini akan menjadi satu jawaban
dari berbagai pertannyaan Anda berikut ini :
1. Mengapa seorang Alika
berpenampilan mewah dan terkesan AROGANT ?
2. Mengapa Alika tidak mau
membeli janan cemilan, dan sering jajan dengan harga diatas RP.5.00,00 ?
mm..mm… Anda mungkin bisa menilai saya dengan berbagai kata atau angka,
tapi semua itu adalah kesalahpahaman, berikut penjelasannya
·
Kalau boleh saya jujur dalam menjawab pertanyaan nomer satu itu, maka saya
mengatakan “Bahwa yang Anda katakana itu terbalik 1800 justru saya adalah
pribadi yang terkesan kolot” Coba anda bandingkan dengan fakta ini : Bila Anda
mendengar style pakaian terbaru di luar negeri pasti Anda akan terpengaruh
kemudian membeli dan memakainnya, namun saya tidak mau mengikutinnya dan tetap
pada produk sendiri.Bila Anda tertarik gaya rambut dan warna yang terkini,maka
saya memotong rambut sesederhana mungkin agar bisa disisir hanya dengan
tangan….Ini membuktikan bahwa prinsip seorang Alika adalah “Karena
saya berasal dari keluarga yang sederhana, maka apapun yang terjadi saya akan
tetap sederhana”
·
Bhaahahah……Saya memang tidak pernah membelika uang untuk jajan cemilan, tetapi
saya membeli makanan (nasi dan lauk). Coba bandingkan bila anda membeli
jajan/cemilan dengan harga Rp.2.000,00/jajan, dipastikan jumlah tiga masih
kurang, maka dari itu alasan saya membeli makanan lansung Rp.7.000,00
mislannya, cukup satu saja dan sudah mengenyangkan dan terjamin kesehatannya
daripada jajan/cemilan yang Anda bicarkan.
Semoga kedua paragraph di atas bisa menyelesaikan kesalahpahaman kalian.
Membeli mobil adalah keinginan saya maka disitu terdapat tanggung jawab
yang besar, dimana setelah saya membelinnya bisa menjaga serta merawatnnya
dengan sebaik mungkin.Apalagi usia saya belum cukup untuk mendapatkan SIM dan
tidak diberbolehkan untuk mengendarainnya, kebetulan juga saya tidak bisa
mengendarai mobil saat itu. Sehingga mobil sering dibawa oleh orang lain,
tentunnya meminjam dari saya.
Namun….setelah dua tahun, barulah ada orang yang mau mengajari saya
menyupir, dialah Om Toni. Karena keinginan kuat memiliki mobil, tentunnya ada
rasa untuk bisa mengendarai sendiri, walaupun masih dalam pengawasan., dan pada
akhirnnya saya bisa membawa mobil tersebut kalaupun orang diluar sana berkata
bahwa : “Terlihat jelas saat saya membawa mobil itu dalam keadaan tegang”
Barulah dari kejadian di atas ada satu kisah yang mengharuskan saya untuk
lebih bersyukur padaNya. Cerita itu terjadi disaat saudara saya yang
begitu dekat dan paling banyak menemani perjalanan hidup saya, meminjam mobil.
Awalnnya saya hanya tersenyum dengan sejumlah uang yang diberikannya untuk
meminjam mobil keluaran tahun 1999 itu. Padahal hati saya berkata ikhlas
meminjamkannya tanpa bayaran.Akan tetapi hari-hari berikutnnya dirasakan
seperti ada yang tidak beres pada diri saudara saya ini. Dia meminjam dan terus
meminjam, seperti milik dia sendiri. Bagi saya itu tidak masalah namun yang
menjadi pertannyaan adalah : “Mengapa dia berkata pada teman-teman dikelasnya
kalau itu mobilnya sedangkan saya hanya meminjam?” dan fakta tersebut diperkuat
dengan tersebarnnya foto dia dengan mobil di jejaring social facebook..
Hmhmhm….apalagi tidak hanya dalam meminjam mobil, bahkan saudara masa kecil
saya ini, berpendapat bahwa : Alika adalah orang yang jelek, tidak dewasa,dan
terkesan AROGANT dan yang tak kalah menyengat adalah dia pernah memutar balikan
fakta tentang saya 1800 . Entah apa yang dia katakana, tetapi saya tidak ingin
berlebihan dalam mengungkapkan di artikel ini.
Karakter saudara masa kecil saya ini berubah dan benar-benar tak pernah
disangka, karena dalam memori kecil seorang Alika terekam jelas bahwa dia orang
yang lucu,sangat asyik bila diajak komunikasi,dan menenangkan ketika diajak
bermain. Dia orang yang selalu berbagi namun juga bisa menginspirasi. Ternyata
saat ini semuannya berbeda. Dia lebih sering menjauh, ketika saya dilanda
kesediha. Bahkan tak jarang dia membeli makanan lalu dimakan sendiri, sedangkan
perut saya dalam keadaan membuncit.
Sudahlah……walaupun karakter itu menghilang, akan tetapi kebaikan dia tak
kan pernah pergi dari hati saya. Sekecil apapun itu. Semoga ketika dewasa nanti
bacaan ini akan mengingatkan saya pada inspirator pengisi hidup saya ketika
masih kecil.Amin
Ketahuilah sahabat, maksud dari artikel di atas ialah, bahwa saya tak
seperti yang mereka pikirkan. Hmhm bila sobat percaya dengan perkataan mereka
di sini saya hanya bisa menyimpulkan Ehm...Ehm... Itu Bukan Saya. Itu diluar
karakter pribadi seorang Alika, dan saya tidak akan membalas semua tingkah dia.
Bila Anda tak percaya dengan paragraph tersebut, lalu dimana prinsip saya,
bahwa “Hanya ada satu cara balas dendam bila kita disakiti atau
dilukai seseorang, yaitu dengan menjadi pribadi yang lebih baik dari mereka”
untuk itu mari kita bersaing..!”
SELESAI