Halaman

13/06/12

Terbang Dibawah Radar

Isabell Alika Putri | 14.14 |
Alarm handphone membangunkan saya di pagi buta, ketika itu waktu menunjukan Pukul setengah enam pagi waktu Indonesi barat. dengan mengenggam handphone di tangan kanan saya menuju ke kamar mandi, seperti biasa, saya selelu memutar multimedia untuk menemani sepi saat mandi, tetapi handphone saya biarkan di atas printer sebelah tempat saya membersihkan diri.


Tubuh segar setelah mandi mengantarkan raga saya untuk mencari vitamin D dengan berjemur di bawah sinar ultraviolet, namun nampaknya saya tak menemukannya. Akhirnnya saya bersender di kursi kayu beberapa saat. Seutas kabel dari dua tiang tegak menjadi sorotan bagi saya, dengan burng yang nampak gagah menjajakan kaki di kabel tersebut bersamaan dengan seekor capung saling bergantian.

Seketika dalam benak saya timbul bayangan tentang kalimat dari Ibu malam hari. Dia mengatakan kalimat dengan hati penuh emosi dan mungkin berbicara dengan tekanan sehingga bibir harus menguncup. hanya karena gawang dari Tim Nasional Indonesia kemasukan lalu merubah skor imbang. saya merespon tanggapan Ibu yang selalu berbicara buruk atas prestasi sepak bola Indonesia. bukankah sudah berulang kali saya ngobrol santai dengannya bahwa "Setiap ucapan adalah Doa" lalu mengapa dia selalu menanggapi demikian. Mungkin, inilah kalimat yang pantas saya tuliskan kepada beliau : saya tak membicarakannya langsung dengannya karena dia sudah termakan emosi, tetapi apabila dia gemar membaca maka renungkanlah ini : Sejujrnnya saya setuju dengan artikel dari Bambang Pamungkas, atlet kebanggan Indonesia sekaligus jak Mania pernah mencantumkan bahwa "perstasi sepak bola kita jauh dari kata baik" saya berusaha melanjutkan kalimat tersebut, Prestasi sepak bola kita memang tidak semestinnya,  tim-tim dengan peringkat diatas kita sangat banyak, pesepakbola kita bukan pemain seperti game #Pro Evalotion Soccer(PES) ataupun #Real Fotball , mereka tak bisa bergerak sesuai keinginan si tuan pemegang stik, sekarang ini merka butuh doa,dukungan serta hati kalian masyarakat Indonesia. kecewa boleh saja tetapi itu semua bukan berarti Anda harus komentar berlebihan.. Ingat masing-masing individu butuh kritik disertakan saran, kalo saja Anda dapat mengkritik lalu apa saran untuk mereka, pejuang merah putih...

Sama halnya dalam mengomentari tentang sepak bola, orang tua (Ibu) juga sering mengomentari ketika saya belajar tidak maksimal, dia beranggapan jika belajar minimal harus enam jam lalu boleh istirahat. apakah itu bentuk support ataukan perintah dari si ibu hanya menjadikan otak lelah berfikir, sehingga ketika menghadapi ujian yang sebenarnnya mata dalam keadaan mengantuk? Ehm...Ehm... bila belajar di rumah minimal enam jam kalo bisa lebih, di mohon jawab pertanyaan saya berikut ini..! ; "Mengapa Bapak/Ibu guru menekan be; tanda istirahat setia 1,5/2 jam sekali ?" jawabannya tak lain adalah KARENA CARA BELAJAR EFEKTIF BAGI PESERTA DIDIK HANYA BERKISAR ANTARA 1,5 ATAU DUA JAM SAJA, SELANJUTNNYA SISWA LEBIH BERKONSENTRASI HAL YANG INGIN DILAKUKAN KETIKA ISTIRAHAT ATAU JAJANAN YANG AKAN DIBELI DI KANTIN NANTI.
Orang Tua memang "BENAR" dalam mendidik saya, untuk selalu memahami suatu pengertian dengan terus belajar, kemudian Orang Tua mengharuskan saya agar tetap belajar dalam kamar dengan suhu sedikit panas, tanpa ditemani cemilan apapun. Akan tetapi Ibu "SALAH"  ketika menginspirasi saya, bukannya memotifasi saat nilai saya jatuh justru memarahi, dalam proses belajar tidak diperkenankan untuk belajar bersama teman yang lebih pintar dan mengurung di kamar menjadi pemikiran kolot yang ditanamkan pada saya sebagai kewajiban..

Tetapi sudahlah, ini semua berlalu, yang terpenting saya sudah membuktikan bahwa sesungguhnnya saya mampu membahagiakan Ibu. Sebagai seorang anak memang saya belum sepenuhnnya membuat beliau tertawa manis, pribadi beliau yang bisa dikatakan kolot serta sulit diajak bercanda ini, memungkinkan saya bingung dalam mencari di sudut mana beliau dapat tertawa. Apapun yang terjadi, semua orang yang pernah hadir dalam kehidupan lalu mengispirasi saya akan selalu ada dalam usaha saya untuk menjadi orang sukses.

Walau sebanrannya Orang Tua kandung (Ibu) bukanlah orang yang mampu membangkitkan nilai Ujian Nasional menjadi seperti sekarang ini, adapun salah satu guru dari lima puluh guru yang pernah mendidik saya ketika SMP, beliau adalah seorang Ibu Guru dengan paras cantik yang baik hati. biar kata teman saya beliau orang (dalam artian jawa) lenjeh serta kemlatak. Namun bagi saya beliau justru berpenampilan apa adannya, dengan itu saya bisa memahami karakter beliau lebih dalam. saya berusaha untuk membuktikan kalo saya mampu membahagiakan bila saya dan dirinnya diberi kesmpatan kembali untuk bertemu oleh-Nya.

keinginan terbesar saya di tahun ini sederhana, yaitu menjadi pribadi yag berguna untuk Keluraga, Bangsa dan Negara juga untuk orang-orang disekitar saya. doakan saya, supaya keinginan say bisa terwujud. menjadi orang sukses dan apabila sukses nanti tidak menjadi orang besar kepala yang hanya ingin mendapat tepuk tangan. doakan saya juga bila sukses nanti tetap Terbang Dibawah Radar, orang sukses yang selalu ingat pada orang yang menyukseskan.


SELESAI...