Halaman

01/06/12

Secerah harapan 02 Juni 2012

Isabell Alika Putri | 15.14 |

Beberapa bulan yang lalu saya biasa menghabiskan liburan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan minum secangkir teh di pagi hari. Karena air yang saya gunakan untuk membuatnya langsung dari air mendidih, jadi saya harus menunggu teh tersebut agar tidak terlalu panas. Nah, inilah menariknya. Saya menunggu di tempat tidur yang dibuat sendiri yang sengaja diletakkan di latar belakang rumah untuk istirahat ketika lelah memasak. Membawa secangkir teh lalu melihat sang surya menyambut pagi ataupun menatap cerahnnya kelipan bintang pada malam hari adalah hal paling indah ketika hari libur dijalankan tanpa wisata. 

Hal-hal seperti inilah yang saya rindukan sampai sekarang. Bagaimana tidak dengan tempat tidur saya bisa menikmati apa itu kebersamaan yang sesungguhnnyaa, dengan ketidakadannya tempat tersebut suasana meyenangkan seakan hilang. Obrolan santai tak pernah terdengar lagi, indah senyuman tak terlihat kembali. Adapun tempat duduk permanen yang usiannya lebih lama dari tempat tidur itu tetap tak dapat membayar lunas kenangan indah yang sudah terpendam itu.

Ternyata keranjang tidur warna putih yang saya gambarkan di atas, tak menjadi kenangan seutuhnnya. Kehadiran adik pertama dari sudara Jenny Kintan Alfannya telah melampiaskan keranjang tudur yang saat ini sudah menjadi cerita semata. Anak kedua dari adik ibu saya Markus Dim Bustomi Joniarto itu sangat menghibur,asyik bila diajak komunikasi, pokoknya lengkap. Oh ya, nama dari adik saudara saya ini ialah Fransiska Safa Bening Dwijonita. Karena waktu kelahirannya adalah liburan, setiap hari saya mengajak dia jalan ke halaman depan rumah sambil belajar berjalan. Kedua tangan yang masih lembut itu menyamankan saya untuk mengajarinnya walaupun sejujurnnya punggung saya menginstruksikan segera berhenti dan istirahat.

Sama seperti punggung saya, adik dari Kintan ini (biasa saya sapa Bening) juga memberikan kode lelah. Cara belajarnyapun tak sama seperti awal. Akhirnnya kami (saya dan bening) mengambil kursi warna biru yang berada di kaca dekat latar depan. Menuntun bening dengan dua tangan lalu menyeret kursi plastic biru ke latar berpasir campur krikil dengan satu jari saja. mencari tempat yang terkena sinar ultrafiolet, akhirnnya Bening dapat duduk di pangkuan saya. Sungguh sinar matahari yang katannya menyehatkan begitu menyengat di kulit. Akan tetapi karena Bening sebagai balita sangat membutuhkannya, sayapun hanya bisa menemani dengan tatapan ke atas memandang cerahnnya pagi tersebut.

Sinar yang begitu cerah, saat ini mengingatkan saya dengan hasil ujian nasional SMP tahun 2012. bagaimana tidak, soal yang jauh dari kata mudah ini mengurung diri saya supaya tetap berdiri dengan jantung berdebar. Saya lirik kembali matahari pagi dengan penuh harapan :

Esok adalah hari pengumuman kelulusan. Tidak ada lagi yang bisa saya perbuat, selain menyerahkan hasilnya pada yang di atas.
1.                  Persiapan sudah matang,
2.                  Strategi lengkap tersusun,
3.                  Doa menemani dalam mengerjakan,
4.                  Ketenangan juga membantu mengurangi beban ujian

Nomer satu dilakukan saat les selama beberapa minggu. Menggugah hati saya walaupun bila selesai sangat melelahkan. Yang saya tahu adalah manfaatnnya baru ditemui ketika Ujian berlangsung. Sedang yang terpenting adalah persiapan alat tulis lengkap, supaya saat UN berlangsung tak menjadikan beban tersendiri nantinnya.

Kedua adalah strategi belajar tambahan di rumah. Tips & trick dari Bpak/Ibu Guru.
Sedangkan nomer tiga yaitu Doa. Melalui Sholat Dhuha dan salaman bersama Ibu/Bapak Guru, kami peserta Ujian siap UN. Pastinnya, kami semua yakin bahwa orang tua dirumah juga mendoakan.
Kemudian keempat ialah ketenangan. Ketenangan sesungguhnnya kesimpulan dari ketiga hal di atas. Apabila tiga hal tersebut tidak dilaksanakan, maka dijamin ujian menjadi hal yang sangat menakutkan.
Adapun  hal yang mungkin tidak Anda ketahui saat saya mengerjakan Ujian, yaitu saya menuliskan di balik kartu ujian dengan kata “ I Can Do This” singkat, jelas, padat tetapi menymangati saya apabila menemui kesukaran saat menghadapi ujian akhir April lalu.

Pernah, suatu saat ketika saya berkunjung ke rumah Isma dengan tujuan belajar bersama. Pada kesempatan tersebut Isma mengatakan pada saya kalau dirinnya hampir tidak memiliki waktu untuk belajar. Kewajiban sebagai anak pada diri Isma begitu melekat, dari mencuci,memasak,melipat pakaian,mengurus anak, dan masih banyak lagi.  Sungguh saya sangat salut dengan aktifitas Isma di rumah, yang dilakukannya bahkan tak ada pada hidup seorang Alika sampai saat ini. Kegiatan tersebutlah yang membuat peringkat Isma saat “Latihan Ujian” merosot jauh di bawah. Sepintas cerita tersebut membuat hati saya tak karuan, saya yang dapat belajar sepanjang hari saja tak mendapatkan hasil maksimal, sedangkan Isma dengan waktu sesempit itu sanggup menempati peringkat yang lebih baik dari saya. Walaupun sempat tergelincir, tapi saya yakin Isma lebih berhak mendapatkan yang sepantasnnya dia dapatkan yaitu nilai UN terbaik.

Kita semua mempunyai satu musuh terbesar sebelum lulus dan musuhnya ialah Ujian. Bila kita membuka Google dan menuliskan Tips&Trick tentu kita akan menemukannya lebih dari seribu link. Namun bagi saya, tidak ada tips yang benar-benar mengispirasi kecuali didapat dari pengalaman. Begitu pula trick, saya pikir sejauh ini belum ada cara lain dalam strategi ujian kecuali DUIT (Doa,Usaha,Iktiar,Tawakal).

Terakhir kita hanya bisa berharap, mudah-mudahan semua itu tak menjadi sia-sia. Tetap Semangat kawanku. Dan saya berharap tanggal 02 Juni nanti bukan akhir dari segalannya. Apapun yang terjadi kalian akan tetap abadi dalam hidup saya. Karena sebenarnnya kenangan yang paling indah adalah kebersamaan di sekolah. seperti lagu berjudul Kisah Kasih di Sekolah. bila kita diizinkan olehNya lulus seratus persen, saya mohon dengan sangat. Jangan terbuai dengan itu. Kita baru lulus Ujian Sekolah dan Ujian sesungguhnnya baru akan dimulai.


SELESAI...