Halaman

18/06/13

Atas Dasar Gengsi

Isabell Alika Putri | 14.13 |
Belajar itu bukan penentu kesuksesan, namun belajar mempunyai peran untuk menjaga kesuksesan yang telah ada. Hal ini karena jika kita merasa sukses hanya dengan kekayaan materi, pasti kata sukses hanya berlaku semntara. Tetapi bilamana kita sukses dengan ilmu, katasukses menjadi milik kita sepanjang hayat.

Tidak akan pernah ada kata sukses, kalau kita tidak mampu memilih jalan sukses yang benar. Untuk itu, kita harus mempunyai prinsip sukses yang jelas. Masing-masing individu memiliki pengetahuan tentang jalan mana yang harus dilewati menuju sukses, namun tidak semua yang berhasil menuju sukses tanpa tersesat terlebih dahulu.

Bicara sukses dalam lingkup Sekolah Menengah Atas, tidak sedikit yang mengatakan keberhasilan kelulusan adalah suksesnya sekolah dalam mendidik siswa. Namun seperti yang kita ketahui, di SMA kita mengenal adanya jurusan. Memang kita dapat memilih jurusan yang diminati, tapi keputusan tetap mempertimbangkan kondisi nilai. Perlu diketahui juga bahwa jurusan juga sangat berperan dalam kesuksesan siswa SMA menggapai perguruan tinggi, alasannya karena perguruan tinggi sudah memiliki bidang keahliannya masing-masing. Maka dengan penjurusan, mereka memperdalam kemampuan sesuai dengan kemampuan bukan keinginan.

Beberapa bulan lalu, kelas sepuluh serentak diberikan lembaran yang intinya ialah memilih kemana mereka berpijak, apabila naik tingkat (Kelas IPA atau IPS) . Jika lembaran tersebut disatukan, maka didaptlah sebuah presentase. Hasilnya rata-rata memilih kelas IPA. Bahkan tanpa dipresentasekan sekalipun sudah nampak jelas banhwa IPA lebih diminati.

Bila kita sudah memiliki minat, maka sebenarnya kesempatan untuk berhasil lebih terbuka. Mengapa ?  karena minat dengan sendirinya akan diikuti oleh sebuah optimisme serta semangat yang lebih tinggi. Akan tetapi bila kita sudah dibayangi dengan dilema minat, padahal kemampuan kurang mendukung,  tentu inilah yang berbahaya. Boleh saja, individu meladeni minatnya, namun akan lebih bijaksana lagi kalau indivudu itu mensikapi kemampuannya.

IPA memang lebih digemari. Iya, hanya digemari, tetapi tidak semuanya memiliki kemampuan berhitung  yang baik. Ada sebagian yang lebih mudah menghafal sementara sebagian lainnya memilih mengolah angka demi angka. Lalu mengapa angka seolah menjadi alasan dasar mereka mengunggulkan jurusan IPA. Ada apa dengan IPS..? Mungkin, saatnya kita bertanya pada gengsi.

SELESAI...