Halaman

17/12/11

Yang Tak terlupakan

Isabell Alika Putri | 12.26 |

Kita baru sadar memiliki sesuatu benda bila barang itu telah rusa atau bahkan hilang, kita tidak akan pernah merasakan manisnya hidup jika belum merasakan pahitnya hidup, kita baru akan sadar nikmatnya sehat setelah... kita merintih karena sakit. Hal-hal sepertiitulah yang pernah saya rasakan selama 14 tahun saya mengarungi hidup. Penyesalan, kekecewaan,tangis, tawa tak ada satupun yang terlewatkan. Seperti saat saya baru belajar di sekolah TK (Taman Kanak-Kanak)  , waktu itu memang saya sering dipilih dalam lomba, piala juara 1 dan 3 pun saya bawa pulang, lanjut ke satu tingkat atau jenjang berikutnya di SD (Sekolah Dasar) . waktu kelas 1 dan 2 saya bersekolah di SD N 05 Pagi Jakarta, ya sekolah yang menyenangkan dengan lantai tingkat dua, luas, menarik dan pendidikannya terjamin, seperti teman-teman pembaca lain, saya juga mendapatkan banyak sahabat, namun hanya beberapa orang yang berteman akrab dengan saya.


Lanjut lagi ke kelas 3-4. di kelas tersebut saya pindah sekolah mengikuti orang tua yang baru memiliki rumah. Sebuah rumah kecil di pinggir sawah, tepatnya lagi di Perumahan Regensi Jawa Barat.  Kami disana hidup sederhana dengan apa adanya, sampai-sampai kami pernah terlelap tidur dengan perut kosong. Sebelum ayam bangunkan orang ayah saya sudah berada di jalan menempuh perjalan dengan kendaraannya menempuh perjalanan yang lumayan jauh untuk membeli beras. Dan ibu saya sudah beradda di dapur untuk untuk masak roti yang nantinnya dijual di warung sebrang rumah kami. Dan saya bersiap-siap pergi ke sekolah, saya merasa beruntung berada di keluarga yang menyayangi saya dengan segal kekurangan saya. Di sekolah, saya termasuk murid yang jarang didekati oleh murid lainnya., tapi saya ikhlas menghadapinnya, karena saat itu saya tak punya apa-apa, bukan sapa-sapa bagi mereka. Hal it uterus berlanjut sepanjang dua tahun sayabersekolah di SD 3 Cimuning dekat rumah saya, saat bel istirahat sekolah berbunnyi, saya juga pernah disakiti oleh kawan-kawan saya bahkan mereka pernah membuat beberapa bagian tubuh saya cedera. Saat bel pulang berbunnyi,, tak jarang saya pulang dengan berjalan kaki sejauh satu km lebih dikit, ya jarak yang tak jauh bagi saya, karena saya merasa banyak teman-teman yang melakukann hal yang sama bahkan lebih melelahkan lagi dari pada saya.

Siang hari setelah tiba dari sekolah, saya ingin meringankan beban ibuku (walau tak banyak yang bisa saya lakukan, tapi yakin bahwa sebenarnya ibu tak ingin menyusahkan anaknya). Rutinitas seperti itulah yang sering kami lakukan. Untuk membayar tagihan listrik , pajak rumah, dan lainnya. Kami sering membayar ke kantor_nya dengan perjalanan yang tak mudah pula, 2 km kami berjalan atau bahkan lebih dengan sorotan sinar matahari tepat di atas kepala. Karena perjalanan kami lahukan setelah jam pulang sekolah. Namun karena kami warga Negara yang baik jadi kami usahakan untuk menjalankannya he….he….
Setelah saya lulus hmhm maksudya naik ke kelas 4 SD, saya masih tetap bersekolah di SD Cimuning 3,sekolah yang tak kalah luas_nya dengan sekolah 05 Pagi,namun d tengah jalan, untuk kedua kalinnya saya pindah sekolah mengikuti orang tua saya yang kali ini memutuskan untuk kembali ke kampong tempat saya dilahirkan, yaitu Kebumen.Kebumen adalah kota tempat perkumpulan orang-orang sukses,orang yang berpenghasilan tinggi, namun sayang mereka yang dilahirkan di Kebumen dan sukses lalu besar akhirnya merantau, tak ada salah satu dari mereka yang berfikiran untuk menmbuat kebumen lebih maju. Tapi, ya sudahlah itu hanya sedikit tentang kota yang sangat saya rindukan. Di Kebumen saya melanjutkan kelas 4 yang sempat terhenti sesaat, saya melanjutkan kelas 4 di SD 2 Panjer. SD 2 Panjer adalah sekolah yang bias dibilang unggulan walau tak begitu menonjol, SD 2 Panjer terletak di Kewarisan atau lebih tepat lagi di Selang, Kebumen.

Namun saat saya baru mendapat teman baru,akrab dengan mereka ada hal yang sangat membuat hati saya retak. Saya hrus kehilangan mbah Murni.Beliau telah pergi untuk selama-lamannya di karenakan sakit stroke. Ketahuilah kawan bahwa mbah Murni atau sering kami panggil dengan sebutan Mbah Klonteng-klonteng adalah mbah yang bagi saya banyak sekali artinya. Dialah siang malamku,dialah tangis tawaku, dialah mimpi nyataku.. Mencoba untuk mengingatnya hanya akan ada penyesalan….APA SIH YANG PERNAH saya lakukan untuk beliau, saya adalah cucu yang hanya menyengsarakan atau membuat terluka, saya juga cucu yang sama sekali belum mengucap kata terima kasih pada dia….apakah saya orang yang tak tau terima kasih…? Tolong teman-teman semua  jawab, saya juga cucu yang mungkin paling di sayang oleh beliau sampai akhir menutup mata.

Tapi mencoba untuk melupakan Mbah Murni juga bukan hal yang bisa saya lakukan, tak mampu, tak sanggup, tak ingin bayangan Mbah Murni ini hilang dari mata hatia saya. Sekarang hanya tinggal kenangan, tak ada yang bisa saya lakukan untukmu Mbah Murni, kini tinggal rangkaian kata-kata dalam doa, hanya itu saja sampai nanti saya akan menyusulmu, Pernah saya melupakan janji, pernah saya menyakiti hatimu karena saya ini hanyalah manusia , maafkan saya…

Cukup sudah saya menceritakan tentang kenangan saya dengan mbah klonteng-klonteng karena saya tak ingi mengukirnya kembali.

Lanjutkan saja dengan perjalanan hidup saya berikutnya, kelas 4 di SD Panjer 2 tak lama terlalui karena di mulai dari tengah-tengah. 6 atau 7 bulan saya berada di kelas 4 saya pun melanjutkan ke kelas 5 SD. Di kelas 5 rupannya saya mendapatkan guru yang cukup tegas,pintar,adil dialah Bu WASIYAH. Mungkin teman-teman saya disana banyak yanhg menakuti guru yang satu ini, namun saya percaya ada juga beberapa yang mengaguminnya Karen akan membuat kita semua lebih disiplin lagi. Saya pun tak jarang di marahi olehnya.

Banyak kenangan tersendiri saat saya berada di kelas 5 SD, kenangan tersebut saya alami di luar sekolah namun begitu terasa sampi ke sekolahan.

Kenangan di kelas 5 SD, bila saya ceritakan dalam satu bagian saja, akan menjadi terlalu panjang. Akhirnya saya memutuskan untuk menulis dan menceritakan pada kesepatan berikutnya…

Karena cerita YANG TAK TERLUPAKAN ini merupakan cerita perjalanan atau pengalaman hidup, tentu tidak mungkin sependek ini. Jika mungkin saya diberi umur panjang maka cerita ini akan berlanjut ke YANG TAK TERLUPAKAN part II



-BERSAMBUNG-