Halaman

18/02/14

Pendirian Masing-masing

Isabell Alika Putri | 12.49 |
Indonesia merupakan sebuah negara luas di tenggara benua Asia dimana orang-orang di dalamnya “seharusnya” punya bakat, bahkan anak SD pun tahu akan hal itu. Akan tetapi anak SD dalam lingkup mana ...? pasti mereka hanya di lingkup sekitar Asia saja, ya dalam lingkup Asia Tenggara. Mungkin..!!!

Coba kita tanyakan pada anak SD di Afrika, Australia, atau kalau mau kita tanya pada orang-orang Amerika dan Eropa dengan pertanyaan sebagai berikut ; “Ada yang mengetahui negara Indonesia ?”  Bersyukurlah apabila kita menjumpai jawaban “Iya” dari orang-orang di luar sana. Itu harus, karena dahulu, dunia selalu menutup mata pada Indonesia. 


Ehem..Ehem..jangankan dahulu, zaman sekarang saja masih tetap ada orang di luar sana yang menutup mata pada negara kita.  Itu bagi yang tidak tahu negara Indonesia, sementara negara lain yang sudah paham bahkan hafal betul seluk buluk banga kita tanpa sungkan-sungkan menghina, merendahkan dan mencaci-maki. Walaupun masih ada yang suka berkunjung ke tanah air untuk liburan karena kita diuntungkan dengan keindahaan, kekayaan dan kesuburan tanahnya, termasuk budayanya. Tak jarang juga diantara 
 mereka yang mempelajari kemudian meniru budaya kita.

Kebangaan tersendiri bagi kita memiliki keadaan alam seperti demikian, Indonesia setidaknya lebih dikenal oleh bangsa lain meskipun di mata dunia kita belum banyak berbicara.  Akan tetapi, Indonesia tidak boleh lupa dengan jiwa-jiwa pembrontak didalamnya. Siapa jiwa-jiwa tersebut ? Merekalah para pemuda/i.
Jiwa yang sedang membara, ingin mengerti, banyak mengerti  atau seolah-olah jadi jiwa yang paling mengerti  segala persoalan di negaranya sendiri. Mereka adalah pribadi yang secara tidak langung turut serta berunding  mencoba mencari titik terang dari masalah yang sekiranya tidak ada habisnya. Namun demikian, terkadang  mereka sering berlibihan dalam menghadapi masalah, pertikaianpun jadi pilihan. Cara lain dalam mencari solusi ternd orang Indonesia, terutama pemuda itu sendiri adalah dengan demo.

Idealisme yang sedang tinggi membuat mereka kritis dengan berbagai persoalan negerinya sendiri, mereka rela meluangkan waktunya untuk mempelajari masalah bangsanya. Sebuah tindakan yang sebetulnya baik namun terkadang ideal anak muda seringkali melampaui batas. Segala persoalan di negaranya dikritisi dengan cara yang anarkis, seakan demonstrasi menjadi satu-satunya jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Kalau melalui perundingan sudah tidak lagi didengar oleh pemerintah, kicauan di twitter pun hanya dibaca dan kadang diabaikan, maka sah-sah saja mereka melaukan demo untuk menegakkan keadilan di negara kita. Boleh saja kita memperjuangkan pendirian kita masing-masing karena suatu ketika pendirian diri sangat 
dibutuhkan supaya kita tidak ikut terbawa arus yang kurang sesuai.

“Untuk mencapai kondisi senyaman-nyamannya, terkadang kita harus berlaku keras kepala menuruti pendirian kita masing-masing.”

Bicara Indonesia tidak bisa hanya ditemani secangkir kopi sampai habis kemudian selesai bicara. Tidak pula dengan bersantai di tempat tidur menunggu mata terpejam. Tidak akan selesai. Jika kita ingin berbincang-bincang dengan tema Indonesia beserta masalah-masalahnya yang kian lama makin ruwet, maka siapkan kopi sebanyak-banyaknya, bahkan sampai kembungpun tidak akan selesai.

Lihatlah sebuah acara debat yang mengambl tema kenegaraan di stasiun televisi Indonesia. Jika boleh dirata-rata, mereka menggunakan waktu lebih dari 2 jam untuk sampai di penujung acara. Nah, coba perhatikan segala lmu yang ada di negeri tercinta ini, segala ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu politik dan lain sebagainya silih berganti menjadi perbincangan di acara debat tersebut. Saya rasa waktu 2 jam pun belum cukup menyelesaikan itu semua, sehingga kalo kita lebih cermat maka sejatinya acara itu tidak hanya sekali, dua kali “On Air”  melainkan berkali-kali dalam sau minggu mengingat acara debat tida hanya disiarkan di salah satu stasiun televisi saja, namun hampir semua stasiun televisi memilik acara yang kira-kira tidak jauh berbeda.

Dalam kurun waktu kurang lebih dua jam, saya rasa keputusan dari perdebatan itu masih belum final. Sementara Indonesia sendiri tidak cukup satu masalah saja tiap harinya Satu masalah belum tuntas datang kembali masalah berikutnya yang harus diselesaikan. Belum lagi di satu sisi ego dari pihak-pihak tertentu terkadang sangat tinggi, namun di sisi lain ada pihak yang plin-plan atau saya sebut kurang tegas dalam menentukan kemana arah masalah ini dibawa. Sekali lagi, untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dibutuhkan sebuah ketegasan dari hati setiap orang, kita punya hak bicara di muka umum, di sistem pemerintahan Indonesia ada kebebasan mengmukakakan pendapat serta pendirian kita.

Untuk mencapai sukses kita tidak seharusnya bertindak gila, namun sayang orang-orang sukses adalah mereka-mereka yang berlaku cukup gila pada jalan pikirnya. Terkesan aneh memang jika saya katakan dibutuhkan keras kepala mempertahankan sebuah gagasan di pikiran kita namun tidak ada salahnya bila kita mampu mengubah serta mengangkat harkat dan martabat bangsa dengan jalan pikiran kita sendiri, dengan cara kita sendiri tanpa harus plin-plan lagi.

SELESAI...