Halaman

18/02/14

Sia-sia ? Tidak - Part Two

Isabell Alika Putri | 14.42 |

Kalau semua usaha  tidak kunjung berhasil, mungkin ada jalan lain yang lebih baik sebagai tempat saya membanggakan diri saya sendiri, orang-orang terdekat saya dan negara ini, Indonesia. Saya tidak tahu jadi apa saya kedepan, dahulu saya bermimpi jadi apa saja asalkan bisa membawa merah putih di tubuh saya, kemanapun. Saya memang sedih dan menyesalkan diri saya yang malas dan terkadang terlalu percaya diri sehingga membuat saya jatuh juga – Bedakan antara Percaya Diri dan Sombong dalam artikel saya “Percaya diri atau Sombong” (Oktober 2013)


Siapapun yang terlahir didunia ini berhak untuk sukses, S.I.A.P.A.P.U.N, tanpa terkecuali. Mengapa saya berkata berhak ? sebab yang namanya hak adalah sesuatu yang ada pada diri kita, boleh digunakan tetapi boleh juga untuk tidak digunakan. Andai sukses itu adalah kewajiban.Toh kalaupun sukses diwajiban, saya percaya tidak semua yang mampu menjalankannya dengan semangat empat lima.

Akhir-akhir ini saya dibuat bingung dengan arti kata “rindu”. Saya mencoba mengingat apa yang pernah saya rekam di otak bersama dirinya. Iya, seseorang yang membuat saya punya semangat lebih dalam memperjuangkan keinginan. Saya lakukan ritual “mengingat-nya” hampir setiap saat. Sungguh itu menjadikan saya dilema. Jikalau dilihat dari bahasa tubuh , orang tersebut sepertinya memang layak untuk dikenang. Akan tetapi pada kenyataannya saya hanya bisa mengenangnya. Tidak ada suatu apapun yang bisa saya buat. Ingin sekali rasanya menghampirinya dan berkata bahwa aku butuh kamu untuk mengubah duniaku.
Saat terakhir kali saya berkomunikasi dengannya, saya menemukan kejutan luar biasa darinya. Waktu itu benar-benar ada tindakannya yang sampai sekarang sangat berarti di hidup saya. Jika itu tidak dilakukan, bukan hal yang mustahil saya terjerembab dalah kondisi yang sangat tidak saya inginkan. Saya berhasil melampaui target, padahal saya sendiri awalnya sangat pesimis bahkan hanya untuk mencapai target tersebut. Ketika itu saya pasang target yang cukup tinggi memang. 

Pribadi yang menjadikan saya lebih baik itu kini telah berpisah. Ada kenangan baik yang setiap waktu memaksa saya meluangkan waktu untuk berimajinasi tentangnya. Pun ada pula beberapa sikap darinya yang membuat saya benar-benar menghindar dari imajinasi itu sendiri. Hari-hari berikutnya saya isi dengan sebuah kebimbangan, akankah saya terus meluangkan waktu untuk sekedar mengenangnya karena sebetulnya itu sangat menyita waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar dan mencapai prestasi ?

Yang namanya sebuah kenangan tentu akan memberi efek pada kehidupan kita kedepan, baik atau buruknya sikap kita kedepan adalah hasil dari bagaimana kita menyikapi pengalaman itu sendiri karena tidak semua pengalaman baik membuat kita baik dan tidak semua pengalaman buruk membawa kehidupan kita juga buruk nantinya. Ada kalanya pengalaman kurang mengenakan membuat kita menjadi pribadi yang mampu berbenah sehingga masa depan kita lebih terang, namun tidak menutup kemungkinan bila kisah baik kita dimasa lalu menjadikan kita manusia-manusia sinis dan “AROGANT” karena terlalu berkaca dan tidak mau mengulang serta meningkatkan usaha kita untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi. Terkadang kita perlu memilah mana hal positif yang perlu diambil dan mana hal negatif  yang harus kita tinggalkan. (Mengambil pengalaman yang baik-baik saja untuk masa depan)

Paragraf di atas adalah gambaran apa yang akan saya lakukan untuk mensikapi dia sebagai pribadi yang selalu saya kenang samapai saat ini, bahkan mungkin selamanya. Itu artinya saya hanya akan menggunakan kata-kata positif yang keluat dari lisannya dalam segala tindakan saya menggapai mimpi. Dalam beberapa kesempatan, memang sikap dia sangat menggoyahkan kebencian saya, akan tetapi saya percaya itu adalah sikap yang keluar darinya dikarenakan kesalahan saya juga. Saya yakin dia tetap layak untuk saya teladani.
Ada sebuah tweet dari akun yang kebetulan saya follow berbunyi :” Melamun mampu mmeningkatkan daya ingat kita beberapa persen.”

Itu merupakan tweet yang sejalan dengan kondisi saya saat ini. Tidak bisa saya pungkuri bahwa saya cenderung lebih memilih melamun di waktu luang padahal seharusnya saya bisa mengisinya dengan kegiatan yang jauh lebih bermanfaat. 

Dengan melamun itu saya ingatan saya jadi lebih segar jika mengulas ulang hal-hal menyenangkan,lucu, konyol, gila dan menyedihkan yang pernah saya alami, termasuk kenangan tentang dirinya. Lucunya, ketika saya cukup nyaman dengan melamun saya justru kurang begitu nyaman saat mengingat mater-materi pelajaran yang tidak bisa dikatakan sedikit. Ini seakan bertolak belakang dengan maksud dari tweet diatas. Saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan mengingkatkan daya ingat jika materi pelajaran yang berhasil saya baca setelah beberapa hari kemudian hilang dengan mudahnya.

Jadi mengingat bukan hal sia-sia jika kita mengambil hal positif dari sesuatu yang kita ingat. Sebuah energi positif dari suatu kejadian akan menghasilkan sesuatu yang positif juga kalau kita mampu membenahi hal negatifnya. 


SELESAI...