Kalau semua usaha tidak kunjung berhasil, mungkin ada jalan lain
yang lebih baik sebagai tempat saya membanggakan diri saya sendiri, orang-orang
terdekat saya dan negara ini, Indonesia. Saya tidak tahu jadi apa saya kedepan,
dahulu saya bermimpi jadi apa saja asalkan bisa membawa merah putih di tubuh
saya, kemanapun. Saya memang sedih dan menyesalkan diri saya yang malas dan
terkadang terlalu percaya diri sehingga membuat saya jatuh juga – Bedakan
antara Percaya Diri dan Sombong dalam artikel saya “Percaya diri atau Sombong”
(Oktober 2013)
Siapapun yang terlahir didunia ini berhak untuk
sukses, S.I.A.P.A.P.U.N, tanpa terkecuali. Mengapa saya berkata berhak ? sebab
yang namanya hak adalah sesuatu yang ada pada diri kita, boleh digunakan tetapi
boleh juga untuk tidak digunakan. Andai sukses itu adalah kewajiban.Toh
kalaupun sukses diwajiban, saya percaya tidak semua yang mampu menjalankannya
dengan semangat empat lima.
Akhir-akhir ini saya dibuat bingung dengan arti kata
“rindu”. Saya mencoba mengingat apa yang pernah saya rekam di otak bersama
dirinya. Iya, seseorang yang membuat saya punya semangat lebih dalam
memperjuangkan keinginan. Saya lakukan ritual “mengingat-nya” hampir setiap
saat. Sungguh itu menjadikan saya dilema. Jikalau dilihat dari bahasa tubuh ,
orang tersebut sepertinya memang layak untuk dikenang. Akan tetapi pada
kenyataannya saya hanya bisa mengenangnya. Tidak ada suatu apapun yang bisa
saya buat. Ingin sekali rasanya menghampirinya dan berkata bahwa aku butuh kamu
untuk mengubah duniaku.
Saat terakhir kali saya berkomunikasi dengannya,
saya menemukan kejutan luar biasa darinya. Waktu itu benar-benar ada
tindakannya yang sampai sekarang sangat berarti di hidup saya. Jika itu tidak
dilakukan, bukan hal yang mustahil saya terjerembab dalah kondisi yang sangat
tidak saya inginkan. Saya berhasil melampaui target, padahal saya sendiri
awalnya sangat pesimis bahkan hanya untuk mencapai target tersebut. Ketika itu
saya pasang target yang cukup tinggi memang.
Pribadi yang menjadikan saya lebih baik itu kini
telah berpisah. Ada kenangan baik yang setiap waktu memaksa saya meluangkan
waktu untuk berimajinasi tentangnya. Pun ada pula beberapa sikap darinya yang
membuat saya benar-benar menghindar dari imajinasi itu sendiri. Hari-hari
berikutnya saya isi dengan sebuah kebimbangan, akankah saya terus meluangkan
waktu untuk sekedar mengenangnya karena sebetulnya itu sangat menyita waktu
yang seharusnya digunakan untuk belajar dan mencapai prestasi ?
Yang namanya sebuah kenangan tentu akan memberi efek
pada kehidupan kita kedepan, baik atau buruknya sikap kita kedepan adalah hasil
dari bagaimana kita menyikapi pengalaman itu sendiri karena tidak semua
pengalaman baik membuat kita baik dan tidak semua pengalaman buruk membawa
kehidupan kita juga buruk nantinya. Ada kalanya pengalaman kurang mengenakan
membuat kita menjadi pribadi yang mampu berbenah sehingga masa depan kita lebih
terang, namun tidak menutup kemungkinan bila kisah baik kita dimasa lalu menjadikan
kita manusia-manusia sinis dan “AROGANT” karena terlalu berkaca dan tidak mau
mengulang serta meningkatkan usaha kita untuk mencapai keadaan yang lebih baik
lagi. Terkadang kita perlu memilah mana hal positif yang perlu diambil dan mana
hal negatif yang harus kita tinggalkan.
(Mengambil pengalaman yang baik-baik saja untuk masa depan)
Paragraf di atas adalah gambaran apa yang akan saya
lakukan untuk mensikapi dia sebagai pribadi yang selalu saya kenang samapai
saat ini, bahkan mungkin selamanya. Itu artinya saya hanya akan menggunakan
kata-kata positif yang keluat dari lisannya dalam segala tindakan saya
menggapai mimpi. Dalam beberapa kesempatan, memang sikap dia sangat
menggoyahkan kebencian saya, akan tetapi saya percaya itu adalah sikap yang
keluar darinya dikarenakan kesalahan saya juga. Saya yakin dia tetap layak
untuk saya teladani.
Ada sebuah tweet dari akun yang kebetulan saya
follow berbunyi :” Melamun mampu mmeningkatkan daya ingat kita beberapa
persen.”
Itu merupakan tweet yang sejalan dengan kondisi saya
saat ini. Tidak bisa saya pungkuri bahwa saya cenderung lebih memilih melamun di waktu luang padahal seharusnya saya bisa mengisinya dengan kegiatan yang
jauh lebih bermanfaat.
Dengan melamun itu saya ingatan saya jadi lebih
segar jika mengulas ulang hal-hal menyenangkan,lucu, konyol, gila dan
menyedihkan yang pernah saya alami, termasuk kenangan tentang dirinya. Lucunya,
ketika saya cukup nyaman dengan melamun saya justru kurang begitu nyaman saat
mengingat mater-materi pelajaran yang tidak bisa dikatakan sedikit. Ini seakan
bertolak belakang dengan maksud dari tweet diatas. Saya tidak mengerti apa yang
dimaksud dengan mengingkatkan daya ingat jika materi pelajaran yang berhasil
saya baca setelah beberapa hari kemudian hilang dengan mudahnya.
Jadi mengingat bukan hal sia-sia jika kita mengambil
hal positif dari sesuatu yang kita ingat. Sebuah energi positif dari suatu
kejadian akan menghasilkan sesuatu yang positif juga kalau kita mampu membenahi
hal negatifnya.
SELESAI...