Halaman

03/03/14

Saya, Cita-cita dan Sukses

Isabell Alika Putri | 11.16 |

Banyak sekali penilaian orang lain terhadap diri saya. Ada sebuah kritik yang lumayan pedas, tertup misalnya. Mereka berkata pada saya bahwa saya jarang berkomuniksi dengan orang lain, termasuk teman dekat saya sendiri. Ada pula yang berkata bahwa saya pintar. Akan tetapi tidak semua dari mereka yang mengkritik itu benar, saya memang sedikit menjaga lisan sehingga terkesan tertutup, akan tetapi bukan berarti saya menutup untuk berbagi pengalaman. Banyak hal yang menjadi media bagi saya menceritakan kisah  dan pandangan saya terhadap suatu kejadian, melalui tugas berbagi pengalaman di mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu contohnya. Contoh lain adalah ketika saya diberi kesempatan menulis apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan saya dalam Bimbingan Konseling. 


Sebagai pribadi yang cukup dikenal di sekolah, saya terbiasa mendapat sebuah pendapat dari rekan-rekan saya sendiri.  Pendapat dari mereka memang tidak semuanya benar. Terkadang sebuah pendapat yang sempat melemahkan mental saya membuat saya lebih berhati-hati dalam berbicara, itulah yang membuat mereka tidak banyak tahu apa-apa yang ada pada diri saya sehingga membuat  teka-teki dalam kaitanya menilai diri saya. Hal-hal seperti itulah yang membuat saya membuka diri dalam sebuah situs website pribadi, dimana Anda sekalian akan menemui sisi lain dari kehidupan seorang  Isabell  Alika Putri.

Ketika saya mulai mencoba berbagi pengalaman hidup, saya bertanya pada diri saya sendiri: “Siapa yang akan membaca tulisan-tulisan saya di website tersebut?” Bahkan untuk sekedar berpapasan dengan diri saya saja orang lebih cenderung menghindar.  Jelas sebuah tindakan hampir mustahil jika mereka mau mendalami diri saya yang sebenar-benarnya.

Suatu hari saya sempat membaca sebuah tweet dan beberapa balasan tweet dari rekan satu kelas yang isinya kurang lebih seperti berikut ini : ”Gue gak suka liat bocah beraninya ngomong lewat tweet tapi aslinya ****.” Kemudian rekan lainnya membenarkan tweet tersebut.  Saya sendiri pernah balas-membalas melalui twitter dengan tweet yang dapat dikatakan kocak namun rekan saya tidak mengetahui bahwa itu adalah Isabell. Beberapa hari kemudian setelah dia tahu itu adalah diri saya, tidak pernah ada lagi obrolan diantara kami.
Secara pribadi saya tidak menyalahkan tweet tersebut karena memang saya tidak pernah komunikasi secara langsung dengan empunya tweet, saya hanya mengobrol via twitter. Namun saya kecewa dan sedikit kesal dengan beberapa rekannya yang ikut-ikutan meramaikan tweet tersebut seolah-olah dia paling mengerti apa-apa di dalam diri saya. Padahal saya bersama dalam satu sekolah kurang dari satu tahun. Hal yang sama terulang kembali dari waktu ke waktu sampai pada sebuah titik saya memutuskan untuk menjawab tweet tersebut, hanya saja melalui situs web. 

Sebagai seorang individu sudah menjadi hal yang lazim apabila mendapat sebuah kritik karena dalam kehidupan bersosialisasi selalu ada banyak perbedaan diantara kita semua. Hal tersebut tampaknya membuat beberapa orang melakukan penilaian terhadap perbedaan sehingga seringkali seorang individu menganggap dirinya lebih dibandingkan orang lain. 

Kritik adalah jamu yang dibutuhkan untuk menyehatkan pikiran kita supaya mampu lebih baik lagi. Mereka boleh-boleh saja menganggap dan berkomentar apapun tentang diri saya tetapi mereka tidak akan bisa mengubah jalan hidup saya.

“if you lose your wealth, you will lose nothing, if you lose your health, you will lose something. but if you lose your character, you will lose everything, - Woodword Wilson”

Dari beberapa paragraf di atas saya akan menyampaikan beberapa hal terkait tentang maksud saya menulis paragraf-paragraf di atas. Semoga Anda tidak salah fokus karena akan selalu ada makna didalam kebisuan.
Pertama : Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rekan saya yang sudah membagi waktunya untuk mengoreksi keehidupan saya. Sejujurnya saya sangat senang mendapatkan kritik dari apa yang saya lakukan dalam mengisi hidup. Terimakasih juga untuk yang sudah mencaci, menhina dan menghujat saya karena menambah pahala saya, Alhamdulillah. Tidak lupa saya sampaikan maaf yang sedalam-dalamnya karena selama ini saya belum bisa memberi yang terbaik kepada Anda, namun saya telah berusaha melakukan yang terbaik, hanya saja hasilnya belum memuaskan.

Kedua : Apapun bentuk kritik terhadap diri saya tidak akan pernah mengubah karakter yang selama ini saya bangun. Sebuah karakter pondasinya dari rumah, bukan dari Anda semua. Anda boleh beri saya kritik karena mengkritik seseorang tidak melanggar hukum di negara kita. Saya terbuka dengan kritik Anda.
Ketiga : Melalui situs web saya tidak sekedar menulis untuk menceritakan kehidupan saya, akan tetapi juga sering menulis cara pandang saya terhadap segala kejadian yang ada disekitar saya. Sejujurnya saya tidak ingin menjadi “Generasi Ompong” ( Generasi yang hanya menelan mentah-mentah sebuah informasi atau generasi yang tidak tahu dan tidak mau tahu tentang urusan yang ada disekitarnya ) karena itu saya ingin lebih kritis menanggapi apa-apa yang ada di sekitar saya, termasuk menanggapi kritik dari Anda semua. Akan tetapi, bukan itu tujuan utama saya menulis dan dibagika di situs web, tujuan yang sebenarnya adalah saya ingin menjadi seorang penulis. 

Keempat : Saya tahu sudah banyak penulis hebat dengan ratusan karya Best Seller, tentu bukan hal mudah menulis buku berlabel Best Seller. Siapapun yang berkata “Lo gak akan jadi penulis, Isabell” tidak akan mengganggu dan mengubah cita-cita saya. Sedikitpun. 

Kelima : Jika pada akhirnya cita-cita di poin nomer empat kembali menemui kegagalan atau dengan kata lain saya tidak menjadi penulis, saya akan melakukan yang terbaik supaya saya bisa mendapat pekerjaan yang lebih begengsi daripada penulis. Saya yakin akan hal itu karena dalam kehidupan ada dua sisi yang bertolak belakang, yaitu Nasib dan Takdir. Cita-cita saya dan cita-cita Anda semua akan ditentukan oleh dua sisi kehidupan tersebut. Semoga, Anda yang membaca artikel saya ini tidaklagi merendahkan sebuah mimpi, bahkan mimpi seorang pecundang sekalipun. 


SELESAI...