Banyak sekali penilaian orang lain terhadap diri
saya. Ada sebuah kritik yang lumayan pedas, tertup misalnya. Mereka berkata
pada saya bahwa saya jarang berkomuniksi dengan orang lain, termasuk teman
dekat saya sendiri. Ada pula yang berkata bahwa saya pintar. Akan tetapi tidak
semua dari mereka yang mengkritik itu benar, saya memang sedikit menjaga lisan
sehingga terkesan tertutup, akan tetapi bukan berarti saya menutup untuk
berbagi pengalaman. Banyak hal yang menjadi media bagi saya menceritakan kisah dan pandangan saya terhadap suatu kejadian,
melalui tugas berbagi pengalaman di mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah
salah satu contohnya. Contoh lain adalah ketika saya diberi kesempatan menulis
apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan saya dalam Bimbingan Konseling.
Sebagai pribadi yang cukup dikenal di sekolah, saya
terbiasa mendapat sebuah pendapat dari rekan-rekan saya sendiri. Pendapat dari mereka memang tidak semuanya
benar. Terkadang sebuah pendapat yang sempat melemahkan mental saya membuat
saya lebih berhati-hati dalam berbicara, itulah yang membuat mereka tidak
banyak tahu apa-apa yang ada pada diri saya sehingga membuat teka-teki dalam kaitanya menilai diri saya.
Hal-hal seperti itulah yang membuat saya membuka diri dalam sebuah situs
website pribadi, dimana Anda sekalian akan menemui sisi lain dari kehidupan
seorang Isabell Alika Putri.
Ketika saya mulai mencoba berbagi pengalaman hidup,
saya bertanya pada diri saya sendiri: “Siapa yang akan membaca tulisan-tulisan
saya di website tersebut?” Bahkan untuk sekedar berpapasan dengan diri saya
saja orang lebih cenderung menghindar. Jelas
sebuah tindakan hampir mustahil jika mereka mau mendalami diri saya yang
sebenar-benarnya.
Suatu hari saya sempat membaca sebuah tweet dan
beberapa balasan tweet dari rekan satu kelas yang isinya kurang lebih seperti
berikut ini : ”Gue gak suka liat bocah beraninya ngomong lewat tweet tapi
aslinya ****.” Kemudian rekan lainnya membenarkan tweet tersebut. Saya sendiri pernah balas-membalas melalui
twitter dengan tweet yang dapat dikatakan kocak namun rekan saya tidak
mengetahui bahwa itu adalah Isabell. Beberapa hari kemudian setelah dia tahu
itu adalah diri saya, tidak pernah ada lagi obrolan diantara kami.
Secara pribadi saya tidak menyalahkan tweet tersebut
karena memang saya tidak pernah komunikasi secara langsung dengan empunya
tweet, saya hanya mengobrol via twitter. Namun saya kecewa dan sedikit kesal
dengan beberapa rekannya yang ikut-ikutan meramaikan tweet tersebut seolah-olah
dia paling mengerti apa-apa di dalam diri saya. Padahal saya bersama dalam satu
sekolah kurang dari satu tahun. Hal yang sama terulang kembali dari waktu ke
waktu sampai pada sebuah titik saya memutuskan untuk menjawab tweet tersebut,
hanya saja melalui situs web.
Sebagai seorang individu sudah menjadi hal yang
lazim apabila mendapat sebuah kritik karena dalam kehidupan bersosialisasi
selalu ada banyak perbedaan diantara kita semua. Hal tersebut tampaknya membuat
beberapa orang melakukan penilaian terhadap perbedaan sehingga seringkali
seorang individu menganggap dirinya lebih dibandingkan orang lain.
Kritik adalah jamu yang dibutuhkan untuk menyehatkan
pikiran kita supaya mampu lebih baik lagi. Mereka boleh-boleh saja menganggap
dan berkomentar apapun tentang diri saya tetapi mereka tidak akan bisa mengubah
jalan hidup saya.
“if
you lose your wealth, you will lose nothing, if you lose your health, you will
lose something. but if you lose your character, you will lose everything, - Woodword
Wilson”
Dari beberapa paragraf di atas saya akan
menyampaikan beberapa hal terkait tentang maksud saya menulis paragraf-paragraf
di atas. Semoga Anda tidak salah fokus karena akan selalu ada makna didalam
kebisuan.
Pertama
: Saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rekan saya yang sudah
membagi waktunya untuk mengoreksi keehidupan saya. Sejujurnya saya sangat
senang mendapatkan kritik dari apa yang saya lakukan dalam mengisi hidup.
Terimakasih juga untuk yang sudah mencaci, menhina dan menghujat saya karena
menambah pahala saya, Alhamdulillah. Tidak lupa saya sampaikan maaf yang
sedalam-dalamnya karena selama ini saya belum bisa memberi yang terbaik kepada
Anda, namun saya telah berusaha melakukan yang terbaik, hanya saja hasilnya
belum memuaskan.
Kedua
: Apapun
bentuk kritik terhadap diri saya tidak akan pernah mengubah karakter yang
selama ini saya bangun. Sebuah karakter pondasinya dari rumah, bukan dari Anda
semua. Anda boleh beri saya kritik karena mengkritik seseorang tidak melanggar
hukum di negara kita. Saya terbuka dengan kritik Anda.
Ketiga
: Melalui
situs web saya tidak sekedar menulis untuk menceritakan kehidupan saya, akan
tetapi juga sering menulis cara pandang saya terhadap segala kejadian yang ada
disekitar saya. Sejujurnya saya tidak ingin menjadi “Generasi Ompong” (
Generasi yang hanya menelan mentah-mentah sebuah informasi atau generasi yang
tidak tahu dan tidak mau tahu tentang urusan yang ada disekitarnya ) karena itu
saya ingin lebih kritis menanggapi apa-apa yang ada di sekitar saya, termasuk
menanggapi kritik dari Anda semua. Akan tetapi, bukan itu tujuan utama saya
menulis dan dibagika di situs web, tujuan yang sebenarnya adalah saya ingin
menjadi seorang penulis.
Keempat
:
Saya tahu sudah banyak penulis hebat dengan ratusan karya Best Seller, tentu bukan
hal mudah menulis buku berlabel Best Seller. Siapapun yang berkata
“Lo gak akan jadi penulis, Isabell” tidak akan mengganggu dan mengubah
cita-cita saya. Sedikitpun.
Kelima
:
Jika pada akhirnya cita-cita di poin nomer empat kembali menemui kegagalan atau
dengan kata lain saya tidak menjadi penulis, saya akan melakukan yang terbaik
supaya saya bisa mendapat pekerjaan yang lebih begengsi daripada penulis. Saya
yakin akan hal itu karena dalam kehidupan ada dua sisi yang bertolak belakang,
yaitu Nasib dan Takdir. Cita-cita saya dan cita-cita Anda semua akan ditentukan
oleh dua sisi kehidupan tersebut. Semoga, Anda yang membaca artikel saya ini
tidaklagi merendahkan sebuah mimpi, bahkan mimpi seorang pecundang sekalipun.
SELESAI...