Halaman

10/03/14

Pemerintahan yang Maju lalu Mundur dan Maju Kembali Ditangan Kita Semua. TITIK.

Isabell Alika Putri | 13.24 |
IN-DO-NE-SIA ingat tanggal 09 April 2014 ada Pemilu Legislatif”, jangan Golput..!!!. Kalimat tersebut mendadak bertebaran di  pojok-pojok jalan strategis, tempat wisata, tempat-tempat pengungsian bahkan sampai di pelosok negeri pun kita semua akan menemui wajah-wajah elit politik yang mencalonkan diri dengan lambang dan warnanya masing-masing.


Pohon-pohon yang masih asri dengan warna batang cokelat tiba-tiba berubah menjadi sangat meriah dengan adanya bendera serta poster dari para kadidat. Di gedung DPR sana akan ada perubahan formasi sehingga kadidat baru mulai bersiap-siap dengan seragam lengkap kebanggaan partai serta membuat puisi yang mungkin terdengar indah dengan lantunan lirik MAJU...!!! MAJU...!!! MAJU....! untuk menarik simpati masyarakat. Mereka tidak segan-segan menata segalanya demi mendapat tempat di kursi DPR.

Sementara di luar gedung DPR, kita semua akan menjumpai wajah-wajah melas akibat menangung beban ekonomi yang seharusnya tidak terjadi di negara bergelimangan sumber daya alam dan berjuta sumber daya manusia yang samapi saat ini belum dimanfaatkan atau bahkan belum dapat tersentuh oleh pemerintahanya sendiri. Sedangkan Amerika sudah sangat siap menjadi rampok memanfaatkan alam kita untuk kemajuan bangsanya, akan tetapi Indonesia masih saja lempar-melempar masalah di negerinya sendiri. Dalam kondisi demikian, datanglah kadidat legislatif mencarikan solusi atas masalah-masalah tad yang kemudian dijadikan slogan dan tidak lupa mengumandangkannya dari ujung Sumatra sampai Papua.

Demikianlah pemandangan yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita tercinta, tidak terkecuali di daerah tempat kelahiran saya, Kebumen. Dua minggu lalu ( 02 Maret 2014 ) tepat di jantung kota yaitu alun-alun ada salah satu calon legislatif yang bersosialisasi. Masyarakat ketika itu diming-imingi satu buah mobil merk Avanza dan dua buah motor. Acara tersebut kiranya memancing bahkan tidak hanya dari kebumen melainkan ada pula yang rela jauh-jauh datang dari daerah Purbalingga, Banjarnegara dan daerah lainnya. Durasi acara tersebut kurang-lebih dari pukul 07 : 00 – 01 : 00 WIB. Sayangnya undian berhadiah mobil diletakkan di akhir acara, hal tersebut membuat masyarakat lebih memilih membeli makanan dan istirahat di masjid daripada mendengar celoteh dari kadidat legislatif.

Tidak semua memang yang sekedar ikut-ikutan memeriahkan acara tersebut. Ada juga orang yang mendengarkan sampai pada akhirnya ada gairah untuk memilihnnya. Akan tetapi mereka hanya tahu satu pribadi calon legislatif. Padahal telah kita ketahui bersama bahwa tidak sedikit warga negara Indonesia yang ikut mencalonkan diri dari berbagai kalangan politik, artis, musisi, sampai pedagang. Bagaimana mereka akan memilih pemimpin yang terbaik jika hanya mengetahui pribadi satu calon saja ?

Semua orang akan bangga jika salah satu anggota dari kelompoknya berani menunjukan kapasitasnya demi kemajuan orang banyak, dalam hal ini Kebumen memiliki wakil untuk menjadi calon legislatif pusat. Tentu menimbulkan daya kejut yang tinggi  karena dalam pemilu legislatif di tahun-tahun sebelumnya Kebumen tidak mempunyai wakil yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Ditambah sosialisasi yang sangat menarik dengan bermacam-macam hadiah dan pendidikan dari calon kadidat yang menurut mereka baik. Sehingga sebuah kelompok akan mendukung penuh anggotanya yang mempunyai keinginan baik dan dinilai layak menjadi anggota parlemen, itu smua tentulah tndakan yang sangat wajar terjadi karena jarang sekali kelompok akan menjatuhkan anggotanya sendiri. Akan tetapi Kebumen terlalu percaya kepada anggotanya dan terlalu tidak percaya pada kadidat dari daerah lain, perlu diketahui bahwa itu sikap yang berbahaya. Sekali lagi sangat BERBAHAYA. Mengapa ? Karena “salah satu kelemahan manusia adalah terlalu gampang percaya dan terlalu mudah tidak percaya” - Ki Anom Suroto dan Ki Manteb Sudarsono, via Artikel Bambang Pamungkas berjudul “Generasi Ompong.”

Pemilu tidak hanya dijadikan ajang bagi masyarakat memilih pemimpin bangsa, akan tetapi dalam kelanjutannya pemilu sudah menjadi ajang untuk menunjukan kelebihan-kelebihan diri kita dengan mencari-cari kelemahan-kelemahan lawan sampai seolah-olah kita-lah yang paling sempura.

Akan tetapi tidak semua kadidat adalah orang-orang yang kurang baik. Banyak sekali kadidat yang benar-benar mencurahkan jiwa raga seta ide-idenya demi kemajuan negeri ini. Kita yang akan menentukan masa depan bangsa harus betul-betul cermat memilih siapa-siapa yang memang sepantasnya menjadi seorang pemimpin. Pemilu sudah menjadi hal yang biasa karena tidak sekali ini saja terjadi. Itu artinya kita sudah mempunyai pengalaman di pemilu-pemilu sebelumnya. Mungkin sebagian dari kita sudah pernah merasakan menag, kalah, kecewa terhadap jalanya pemerintahan negeri ini.

Namun kita tidak bisa menyalahkan pemerintah saja karena negeri kita mau mundur adalah kemunduran kita bersama, negeri kita mau maju juga kemajuan kita bersama.

Oleh karena itu pilihlah pemimpin bukan hanya dia mau tetapi juga karena dia mampu – Motto tidak diketahui.

Menentukan siapa pemimpin bangsa adalah hak kita, gunakan hak tersebut sebaik-baiknya dalam pemilu 09 April 2014. Pilihlah pemimpin yang memang bisa dijadikan panutan bagi bangsanya sendiri. Sebisa mungkin yang terbaik,, jangan pandang bentuk fisik, asal daerah dan lain sebagainya.

Sekali lagi, “JANGAN GOLPUT”


SELESAI..