IN-DO-NE-SIA
ingat tanggal 09 April 2014 ada Pemilu Legislatif”, jangan Golput..!!!.
Kalimat tersebut mendadak bertebaran di pojok-pojok jalan strategis,
tempat wisata, tempat-tempat pengungsian bahkan sampai di pelosok negeri pun
kita semua akan menemui wajah-wajah elit politik yang mencalonkan diri dengan
lambang dan warnanya masing-masing.
Pohon-pohon
yang masih asri dengan warna batang cokelat tiba-tiba berubah menjadi sangat
meriah dengan adanya bendera serta poster dari para kadidat. Di gedung DPR sana
akan ada perubahan formasi sehingga kadidat baru mulai bersiap-siap dengan
seragam lengkap kebanggaan partai serta membuat puisi yang mungkin terdengar
indah dengan lantunan lirik MAJU...!!! MAJU...!!! MAJU....! untuk menarik
simpati masyarakat. Mereka tidak segan-segan menata segalanya demi mendapat
tempat di kursi DPR.
Sementara di
luar gedung DPR, kita semua akan menjumpai wajah-wajah melas akibat
menangung beban ekonomi yang seharusnya tidak terjadi di negara bergelimangan
sumber daya alam dan berjuta sumber daya manusia yang samapi saat ini belum
dimanfaatkan atau bahkan belum dapat tersentuh oleh pemerintahanya sendiri.
Sedangkan Amerika sudah sangat siap menjadi rampok memanfaatkan alam
kita untuk kemajuan bangsanya, akan tetapi Indonesia masih saja lempar-melempar
masalah di negerinya sendiri. Dalam kondisi demikian, datanglah kadidat
legislatif mencarikan solusi atas masalah-masalah tad yang kemudian dijadikan slogan
dan tidak lupa mengumandangkannya dari ujung Sumatra sampai Papua.
Demikianlah
pemandangan yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita tercinta, tidak
terkecuali di daerah tempat kelahiran saya, Kebumen. Dua minggu lalu ( 02 Maret
2014 ) tepat di jantung kota yaitu alun-alun ada salah satu calon legislatif
yang bersosialisasi. Masyarakat ketika itu diming-imingi satu buah mobil
merk Avanza dan dua buah motor. Acara tersebut kiranya memancing bahkan tidak
hanya dari kebumen melainkan ada pula yang rela jauh-jauh datang dari daerah
Purbalingga, Banjarnegara dan daerah lainnya. Durasi acara tersebut
kurang-lebih dari pukul 07 : 00 – 01 : 00 WIB. Sayangnya undian berhadiah mobil
diletakkan di akhir acara, hal tersebut membuat masyarakat lebih memilih
membeli makanan dan istirahat di masjid daripada mendengar celoteh dari kadidat
legislatif.
Tidak semua
memang yang sekedar ikut-ikutan memeriahkan acara tersebut. Ada juga orang yang
mendengarkan sampai pada akhirnya ada gairah untuk memilihnnya. Akan tetapi
mereka hanya tahu satu pribadi calon legislatif. Padahal telah kita ketahui
bersama bahwa tidak sedikit warga negara Indonesia yang ikut mencalonkan diri
dari berbagai kalangan politik, artis, musisi, sampai pedagang. Bagaimana
mereka akan memilih pemimpin yang terbaik jika hanya mengetahui pribadi satu
calon saja ?
Semua orang
akan bangga jika salah satu anggota dari kelompoknya berani menunjukan
kapasitasnya demi kemajuan orang banyak, dalam hal ini Kebumen memiliki wakil
untuk menjadi calon legislatif pusat. Tentu menimbulkan daya kejut yang
tinggi karena dalam pemilu legislatif di tahun-tahun sebelumnya Kebumen
tidak mempunyai wakil yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Ditambah sosialisasi yang sangat menarik dengan bermacam-macam hadiah dan
pendidikan dari calon kadidat yang menurut mereka baik. Sehingga sebuah
kelompok akan mendukung penuh anggotanya yang mempunyai keinginan baik dan
dinilai layak menjadi anggota parlemen, itu smua tentulah tndakan yang sangat
wajar terjadi karena jarang sekali kelompok akan menjatuhkan anggotanya
sendiri. Akan tetapi Kebumen terlalu percaya kepada anggotanya dan terlalu
tidak percaya pada kadidat dari daerah lain, perlu diketahui bahwa itu sikap
yang berbahaya. Sekali lagi sangat BERBAHAYA. Mengapa ? Karena “salah
satu kelemahan manusia adalah terlalu gampang percaya dan terlalu mudah tidak
percaya” - Ki Anom Suroto dan Ki Manteb Sudarsono, via Artikel Bambang
Pamungkas berjudul “Generasi Ompong.”
Pemilu tidak
hanya dijadikan ajang bagi masyarakat memilih pemimpin bangsa, akan tetapi dalam
kelanjutannya pemilu sudah menjadi ajang untuk menunjukan kelebihan-kelebihan
diri kita dengan mencari-cari kelemahan-kelemahan lawan sampai seolah-olah
kita-lah yang paling sempura.
Akan tetapi
tidak semua kadidat adalah orang-orang yang kurang baik. Banyak sekali kadidat
yang benar-benar mencurahkan jiwa raga seta ide-idenya demi kemajuan negeri
ini. Kita yang akan menentukan masa depan bangsa harus betul-betul cermat
memilih siapa-siapa yang memang sepantasnya menjadi seorang pemimpin. Pemilu sudah
menjadi hal yang biasa karena tidak sekali ini saja terjadi. Itu artinya kita
sudah mempunyai pengalaman di pemilu-pemilu sebelumnya. Mungkin sebagian dari
kita sudah pernah merasakan menag, kalah, kecewa terhadap jalanya pemerintahan
negeri ini.
Namun kita
tidak bisa menyalahkan pemerintah saja karena negeri kita mau mundur adalah
kemunduran kita bersama, negeri kita mau maju juga kemajuan kita bersama.
Oleh karena
itu pilihlah pemimpin bukan hanya dia mau tetapi juga karena dia mampu – Motto
tidak diketahui.
Menentukan
siapa pemimpin bangsa adalah hak kita, gunakan hak tersebut sebaik-baiknya
dalam pemilu 09 April 2014. Pilihlah pemimpin yang memang bisa dijadikan
panutan bagi bangsanya sendiri. Sebisa mungkin yang terbaik,, jangan pandang
bentuk fisik, asal daerah dan lain sebagainya.
Sekali lagi,
“JANGAN GOLPUT”
SELESAI..